Baca juga:Â Sejarah Curacao, Calon Lawan Indonesia di FIFA Matchday September 2022
Apa yang dilakukan Bicentini bukan karya remeh. Dia sukses besar melambungkan Curacao sebagai satu kejutan terbesar di zona Amerika Tengah dan Karibia dalam 10 tahun terakhir.
Sebagai gambaran betapa melesatnya prestasi Curacao satu dekade ini, laman resmi Concacaf memakai istilah 'meteoric rise' untuk menggambarkan capaian timnas tersebut. Melesat bak meteor. Dan itu berkat tangan dingin Bicentini.
Dari sekadar tim kacangan, Curacao kini adalah langganan putaran final Gold Cup. Diawali keberhasilan menembus Gold Cup 2017, yang diperoleh dalam tahun pertama Bicentini berstatus pelatih kepala.
Dari sebelumnya hanya mentok di kualifikasi, sejak 2017 itu Curacao bermain di panggung yang sama dengan Meksiko, Amerika Serikat, Kosta Rika, Kanada, juga Trinidad-Tobago. Kelima negara Concacaf tersebut semuanya pernah merasakan atmosfer Piala Dunia.
Ketika ada yang beranggapan Curacao hanya beruntung dapat tampil di Gold Cup 2017, Bicentini menjawabnya dengan prestasi di atas lapangan. Mantan bek tengah NEC Nijmegen ini kembali membawa timnya lolos ke edisi 2019 dan 2021. Tiga kali berturut-turut!
Malah pada Gold Cup 2019 kejutan yang dibuat Curacao sangat mencengangkan. Mereka menang 1-0 atas tim unggulan Honduras, lalu berhasil memaksakan hasil seri 1-1 melawan Jamaika yang adalah salah satu tuan rumah kompetisi.
Berbekal posisi sebagai runner up Grup C, Curacao berhak maju ke perempatfinal menantang Amerika Serikat yang keluar sebagai juara Grup D. Sayang, Leandro Bacuna, cs. harus mengakui keunggulan AS. Itupun skornya tetap bikin kagum, yakni hanya kalah 0-1.
Bagi tim yang sebelum 2017 hanya berkutat di kualifikasi, pencapaian Curacao di Gold Cup 2019 adalah sejarah besar. Terlebih pada awal turnamen mereka diprediksi bakal jadi juru kunci grup lagi seperti pada edisi sebelumnya.
Yang menarik, ternyata Gold Cup bukanlah target utama Bicentini bersama Curacao. Dalam satu wawancara dengan media resmi Concacaf pada Agustus 2020, dia berkata impian terbesarnya adalah membawa Curacao lolos ke Piala Dunia 2022 di Qatar.
Namun Bicentini harus rela harapan itu tak terwujud. Curacao hanya mampu bertahan sampai putaran kedua Kualifikasi Zona Concacaf. Kalah agregat tipis 1-2 dari Panama, sehingga gagal melaju ke putaran ketiga yang jadi penentu.