Waktu pertama kali baca kabar ini di blog Amartha 10 hari lalu, saya cuma nyengir saja. Soalnya sudah entah sejak kapan saya selalu menguras habis saldo rekening, cuma disisakan untuk biaya admin. Boro-boro berharap bunga.
Bukan, ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan riba. Pemahaman saya soal riba (sudah) berlainan dengan kebanyakan penganut Islam di negeri ini. Sikap saya lebih ke alasan pragmatis saja.
Setidaknya ada dua alasan saya tidak tertarik menyimpan uang di bank. Apalagi jika dalam tempo lama, katakanlah lebih dari 3-5 tahun. Dua alasan inilah yang membuat saya selalu menguras habis saldo di rekening.
Pertama, pertimbangan soal pengembangan uang.
Ini didasari karena penghasilan saya tidak banyak, di mana antara pemasukan dan pengeluaran selisihnya 11-12 saja. Ada sisa, tetapi tak pernah banyak jumlahnya. Maka saya musti pintar-pintar mengembang-biakkan sisa penghasilan tersebut.
Yang ada di kepala saya adalah bagaimana caranya memutar sisa uang yang sedikit itu agar menjadi semakin banyak dari waktu ke waktu. Bertambah banyak bukan karena saya yang menambahi tiap bulan, melainkan uang itu sendiri yang beranak-cucu.
Karena itulah saya hanya akan menaruh uang di tempat yang mana dapat membuat uang saya beranak dan bercucu. Syukur-syukur bisa bercicit dan bercanggah pula, bahkan kalau perlu berkembang sampai 7 turunan.
Jelas, tabungan bank bukan tempat yang tepat untuk tujuan semacam itu. Semasa tabungan masih diberi bunga sekalipun, memangnya seberapa besar sih potensi uang kita bakal berkembang kalau disimpan di bank?
Jangan kata disimpan dalam bentuk tabungan biasa, dimasukkan deposito saja rasa-rasanya tidak menarik. Pasalnya, sama seperti bunga tabungan yang kian menciut, sekarang bunga deposito juga sangat mini.