Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Bukan Cuma Bunga, Saldo Tabungan Pun Sudah Biasa 0

17 September 2022   12:19 Diperbarui: 18 September 2022   04:40 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menabung| Dok Shutterstock via Kompas.com

Setahun lalu masih banyak bank yang memberi bunga deposito hingga 4-5%. Sekarang, mulai pertengahan 2022 ini, bunga deposito di kebanyakan bank umum hanya di kisaran 1,90% hingga 2,5%.

Besaran bunga tersebut sama saja mau tenor pendek maupun panjang. Yang membedakannya adalah jumlah uang yang didepositokan. Jadi, ya sama saja seperti tabungan. Semakin banyak yang kita simpan, semakin besar bunga dari bank untuk kita.

Oya, itu bunga per annum, ya. Bunga untuk tempo setahun. Sehingga kalau kita menaruh dana di deposito hanya selama 3 atau 6 bulan, ya enggak sampai segitu pertumbuhannya. Lebih kecil lagi.

Katakanlah kita menaruh uang di deposito BRI atau BNI yang bunganya 2,5% setahun. Kalau kita cuma menyimpan selama 6 bulan, maka bunga yang didapat adalah separuhnya 2,5% tadi. Jadi, 2,5% dibagi dua alias 1,25%.

Kecil, Bung. Banget!

Kedua, pertimbangan soal inflasi.

Ya, inflasi itu nyata adanya. Kita baru saja membahas soal harga BBM yang naik, sebelum itu harga mie instan dan minyak goreng sudah naik duluan. Setiap tahun barang-barang yang kita beli semakin naik harganya.

Masih ingat harga bakso favorit Anda setahun lalu? Sekarang berapa harganya, coba? Pasti sudah naik, bukan? Apalagi kalau dibandingkan dengan harganya pada 5 atau 10 tahun lalu.

Itulah bukti adanya inflasi. Uang kertas kita yang pada dasarnya dibuat dari bahan tidak berharga, memang akan terus menurun nilainya terhadap komoditas. Terhadap minyak mentah, terhadap beras, juga terhadap bakso dan mi ayam.

Uang Rp 5 juta yang saya simpan 5 tahun lalu, misalnya, memang masih sama jumlahnya Rp 5 juta sekarang. Namun daya belinya bisa dipastikan sudah turun jauh.

Kita pakai patokan harga semen sebagai contoh, ya. Tidak usah sampai 5 tahun, dalam tempo 3 tahun saja sudah lumayan selisih atau kenaikan harganya. Dan ini berdasarkan pengalaman pribadi saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun