Setahun lalu masih banyak bank yang memberi bunga deposito hingga 4-5%. Sekarang, mulai pertengahan 2022 ini, bunga deposito di kebanyakan bank umum hanya di kisaran 1,90% hingga 2,5%.
Besaran bunga tersebut sama saja mau tenor pendek maupun panjang. Yang membedakannya adalah jumlah uang yang didepositokan. Jadi, ya sama saja seperti tabungan. Semakin banyak yang kita simpan, semakin besar bunga dari bank untuk kita.
Oya, itu bunga per annum, ya. Bunga untuk tempo setahun. Sehingga kalau kita menaruh dana di deposito hanya selama 3 atau 6 bulan, ya enggak sampai segitu pertumbuhannya. Lebih kecil lagi.
Katakanlah kita menaruh uang di deposito BRI atau BNI yang bunganya 2,5% setahun. Kalau kita cuma menyimpan selama 6 bulan, maka bunga yang didapat adalah separuhnya 2,5% tadi. Jadi, 2,5% dibagi dua alias 1,25%.
Kecil, Bung. Banget!
Kedua, pertimbangan soal inflasi.
Ya, inflasi itu nyata adanya. Kita baru saja membahas soal harga BBM yang naik, sebelum itu harga mie instan dan minyak goreng sudah naik duluan. Setiap tahun barang-barang yang kita beli semakin naik harganya.
Masih ingat harga bakso favorit Anda setahun lalu? Sekarang berapa harganya, coba? Pasti sudah naik, bukan? Apalagi kalau dibandingkan dengan harganya pada 5 atau 10 tahun lalu.
Itulah bukti adanya inflasi. Uang kertas kita yang pada dasarnya dibuat dari bahan tidak berharga, memang akan terus menurun nilainya terhadap komoditas. Terhadap minyak mentah, terhadap beras, juga terhadap bakso dan mi ayam.
Uang Rp 5 juta yang saya simpan 5 tahun lalu, misalnya, memang masih sama jumlahnya Rp 5 juta sekarang. Namun daya belinya bisa dipastikan sudah turun jauh.
Kita pakai patokan harga semen sebagai contoh, ya. Tidak usah sampai 5 tahun, dalam tempo 3 tahun saja sudah lumayan selisih atau kenaikan harganya. Dan ini berdasarkan pengalaman pribadi saya.