Juni 2019, saya beli semen masih ada depot bangunan yang kasih harga Rp50.000 per kantong. Kalau beli cuma 1-2 sak memang harganya jadi Rp55.000, tetapi kalau belinya banyak banderolnya Rp50.000.
Membawa uang Rp 5 juta ke depot bangunan pada tahun 2019, saya bisa membeli 100 kantong semen. Ini jumlah yang cukup untuk membangun rumah sederhana sampai selesai 100%.
Juli 2022 lalu, seorang teman dekat saya merenovasi rumah. Saat dia singgah ke tempat saya dan kami mengobrol, iseng saya tanya berapa harga semen sekarang. Dia jawab, Rp65.000 per kantong. Merek yang sama dengan yang saya beli 3 tahun lalu.
Lihat, dalam tempo 3 tahun saja sudah terjadi kenaikan 30%. Sama-sama beli semen senilai Rp 5 juta, kali ini yang didapat cuma 76-77 sak. Ini contoh nyata bagaimana inflasi membuat uang kita mengalami penurunan nilai dari tahun ke tahun.
Karena itu, jika berniat menyimpan uang untuk jangka panjang, pertimbangkanlah baik-baik soal tingkat inflasi. Jangan kata sekarang yang 0%, semasa bunganya masih lebih dari itu pun tabungan di bank dipastikan tergerus inflasi.
Lalu, di mana saya biasa menyisihkan sisa pendapatan yang tidak banyak tadi?
Di mana saja yang bisa membuatnya berkembang lebih besar. Prinsipnya, tempat atau instrumen tersebut haruslah bisa memberikan pertumbuhan lebih tinggi dari yang diberikan deposito bank.
Standar saya sih, paling tidak return-nya sebesar 4% setahun. Lebih tinggi dari itu tentu saja lebih disukai. Semakin panjang dana bakal disimpan di satu instrumen, return tahunannya mustilah lebih besar lagi.
Ada banyak pilihan instrumen yang dapat dipilih. Pahami baik-baik setiap opsi yang tersedia, terutama karena kita wajib menyesuaikan instrumen pilihan dengan tujuan penempatan dana.
Untuk dana darurat yang sewaktu-waktu bakal ditarik, misalnya, carilah instrumen yang likuid alias mudah dicairkan. Reksadana pasar uang atau reksadana pendapatan tetap yang berbasis obligasi bisa jadi pilihan untuk ini.
Adapun untuk jangka panjang di atas 5 tahun, bisa ditanamkan pada saham. Di instrumen satu ini setidaknya ada dua pilihan yang dapat dipilih: mengincar dividen atau mengincar pergerakan harga saham.