Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ketika Bule Amerika Menuduh Saya "Terlibat" Tragedi 9/11

11 September 2022   22:22 Diperbarui: 11 September 2022   22:31 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesampainya kami di sana, sudah ada 3--4 orang yang kesemuanya laki-laki. Salah seorang dari mereka sedang menyanyi berpegangan mik, sisanya memainkan alat musik. Usia mereka semua di atas saya, mungkin sepantaran Mas Yusuf yang 2-3 tahun lebih tua dari saya.

Sayangnya, saya juga betul-betul lupa siapa-siapa saja mereka yang saya temui malam itu. Yang jelas salah satunya adalah pemilik hotel yang kami datangi.

Ruangan yang kami masuki itu mirip studio musik. Ada microphone yang terpasang pada sebuah stand, ada gitar listrik, ada bas listrik, juga keyboard. Minus drum. Lalu ada sebuah televisi kabel di sudut yang entah tengah menyiarkan program apa.

America Under Attack

Karena merasa paling muda, saya cuma bersikap pasif mendengarkan permbicaraan mereka semua. Sesekali ikut tertawa kalau ada yang melucu. Namun tak lama berselang perhatian kami semua lantas terbetot pada televisi yang sejak tadi dicuekin.

Stasiun televisi berbahasa Inggris yang tadinya menyiarkan entah acara apa, tiba-tiba saja sudah berganti menayangkan siaran langsung. Aura tegang seketika merambati kami semua di ruangan itu sewaktu mendengarkan penjelasan news anchor.

Sementara layar televisi memperlihatkan dua gedung kembar nan tinggi tengah terbakar. Asap hitam mengepul tebal pada bagian atas gedung, bergerak ke udara. Itulah gedung WTC yang pernah saya lihat di film Godzilla dan Armageddon.

Jujur saja, penjelasan news anchor di televisi tidak terlalu jelas saya tangkap seluruhnya. Namun dari running text yang tampil di bagian bawah layar sepanjang siaran langsung tersebut, saya mengerti apa yang tengah terjadi nun jauh di Amerika Serikat sana.

AMERICA UNDER ATTACK, begitu tajuk utama siaran langsung tersebut. Diikuti tulisan-tulisan yang salah satunya menyebut-nyebut nama Al-Qaeda sebagai dalang di balik penyerangan menggegerkan itu.

Saya ingat betul, para senior yang bersama saya ketika itu langsung mendiskusikan berita tersebut. Tepatnya mengenai penyebutan nama Al-Qaeda tadi. Mereka bertanya-tanya, kok bisa di hari yang sama dengan waktu kejadian sudah disebutkan siapa pelakunya? 

Namun kemudian mereka sepakat untuk tidak membahasnya lebih lanjut. Berita tadi diabaikan begitu saja. Teman-teman yang masih memegang alat musik melanjutkan bermain, sedangkan yang di belakang mic kembali bernyanyi.

Tak sampai satu jam kami di sana, Mas Yusuf mengajak saya pulang. Tentu saja langsung saya iyakan, sebab selama di sana saya tak ubahnya obat nyamuk. Selain karena memang saya modelnya enggak banyak bicara, mereka juga asyik sendiri dengan musik dan nyanyian. Padahal Mas Yusuf sendiri berharap pertemuan itu diisi dengan bincang-bincang.

"Kamu Pasti Ikut Senang, Kan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun