Cromwell mengalahkan Raja Charles II dalam Pertempuran Worcester pada 3 September 1651. Sang Raja menyelamatkan diri ke Eropa daratan dan Cromwell menjadi penguasa di seluruh Inggris, Skotlandia dan Irlandia. Dengan kata lain, Cromwell bertindak sebagai penguasa baru menggantikan Charles II.
Raja Charles II sendiri berada dalam pengungsian selama 9 tahun. Terus berpindah-pindah di antara Prancis, Republik Belanda dan Spanyol yang ketika itu masih berstatus jajahan Belanda.
Ketika kemudian Cromwell wafat pada 1658, monarki Britania dipulihkan kembali dan Charles II diminta pulang. Tepat di hari ulang tahunnya yang ke-30, yakni pada 29 Mei 1660, Charles II tiba di London dan disambut meriah oleh rakyatnya.
Meski kisahnya berakhir bahagia, Raja Charles II dikenal sebagai seorang raja dengan gaya hidup sangat bebas lagi hedonis. Britannica menuliskan, sang Raja punya setidaknya 14 anak dari sejumlah gundik. Konon, aktris Nell Gwyn adalah gundik favoritnya.
Charles III The Young Pretender
Selain sejarah buruk Charles I dan Charles II, ada satu sosok lagi yang agaknya membuat (dulu) Pangeran Charles sempat enggan memakai nama takhta Charles III. Sosok tersebut adalah Charles Edward Stuart yang lebih dikenal luas sebagai Bonnie Prince Charlie.
Charles Edward Stuart merupakan pangeran Dinasti Stuart, putera tertua Pangeran James Francis Edward Stuart. Sedangkan Pangeran James Stuart sendiri adalah putera pertama Raja James II (sekaligus James VII of Scotland) dari jalur istri kedua yang bernama Maria dari Modena.Â
Pangeran James Stuart sempat berstatus Pangeran Wales, menandakan dirinya adalah calon penerus takhta kelak ketika Raja James II mangkat. Namun kemudian meletuslah Revolusi Glorious pada 1688. Raja James II sekeluarga mengungsi ke luar negeri, meninggalkan kekuasaan yang direbut kaum revolusioner.
Usai revolusi tersebut lahirnya Bill of Rights 1689 dan disusul Act of Settlement 1701, yang mana melarang pemeluk Katolik seperti Raja James II menduduki takhta Inggris dan juga Britania Raya. Alhasil, Pangeran James Stuart yang sudah berstatus putera mahkota batal menjadi raja.
Sewaktu Raja James II mangkat pada 1701, Pangeran James Stuart mengklaim dirinya sebagai penerus takhta. Gelarnya adalah James III dari Inggris-Irlandia dan James VIII dari Skotlandia. Namun klaim tersebut ditolak dan alih-alih dia digelari sebagai The Old Pretender.
Ketika kemudian sang ayah mangkat pada 1766, Pangeran Charles Stuart didapuk oleh para pengikutnya sebagai raja baru dengan gelar Charles III. Lagi-lagi klaim kaum Jacobite ini tidak diakui. Sejarah Inggris justru mencatat sang pangeran sebagai The Young Pretender.
Dengan sejarah tidak enak yang selalu melibatkan raja-raja bernama Charles tersebut, wajar saja jika dulu Raja Charles III lebih suka memakai nama takhta George VII. Beliau lebih suka diasosiasikan dengan kakek dan buyutnya ketimbang raja-raja dari Dinasti Stuart.