Sumber-sumber internal Kerajaan yang dimintai keterangan menyebutkan jika memang telah terjadi sejumlah diskusi mengenai penggunaan nama takhta bagi (dulu) Pangeran Charles saat nanti meneruskan kuasa Ratu Elizabeth II.
"Sudah ada beberapa pembicaraan dengan Pangeran (Charles, Pen.) mengenai hal ini. Sebab bagaimanapun hal itu (naiknya Charles menjadi raja) bakal terjadi." Demikian kata salah satu narasumber The Times pada 24 Desember 2005.
"Nama Charles lekat dengan segala bentuk kesedihan," kata sumber lain, yang disebut The Times sebagai teman dekat (dulu) Pangeran Charles.
Kedua sumber tersebut mengungkapkan jika nama alternatif yang disukai (dulu) Pangeran Charles adalah George VII. Bukan saja karena namanya yang paling belakang adalah George, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan bagi kakek beliau, yakni Raja George VI.
Raja George VI yang adalah ayah Ratu Elizabeth II dikenal sebagai salah satu raja bijaksana yang sangat dicintai oleh rakyatnya. Ketika naik takhta, beliau memilih nama takhta George. Padahal semasa kecil beliau akrab dipanggil Pangeran Albert.
Agaknya preseden ini yang sempat ingin dilanjutkan oleh Raja Charles III. Nama takhta tidak harus selalu sesuai dengan nama lahir. Toh, George juga adalah bagian dari nama beliau yang panjang itu.
Sejarah Buruk Charles
Niatan menghormati sang kakek bukanlah satu-satunya alasan. Satu pertimbangan lain, dalam sejarahnya yang panjang raja-raja Britania dengan nama takhta Charles terkait dengan hal-hal buruk.
Seperti kata narasumber The Times tadi, nama Charles lekat dengan segala bentuk kesedihan di masa lalu.
Raja Charles I dari Dinasti Stuart, misalnya. Raja yang bertakhta sejak 27 Maret 1625 hingga 30 Januari 1649 ini turun takhta karena dieksekusi mati. Lehernya dipenggal di hadapan khalayak ramai usai dinyatakan bersalah oleh mahkamah agung.
Eksekusi Raja Charles I merupakan puncak dari Perang Sipil Inggris. Parlemen Skotlandia memang menunjuk putera tertua mendiang raja sebagai penerus takhta, dengan nama resmi Charles II. Namun di Inggris berdiri sebuah republik de facto yang dipimpin oleh Oliver Cromwell.