Memboyong anak-anak remaja belia ini ke layar televisi lalu menjadikannya pusat sorotan saja sudah merupakan satu tanda tanya besar bagi saya. Tujuan sebenarnya apa? Terlebih jika kita mengingat lagi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para host.
Alih-alih memberi pertanyaan yang memicu dan memacu motivasi anak-anak remaja ini dalam menggapai impian lebih tinggi di dunia sepak bola, eh, para host yang berusia setidaknya dua kali lipat para pemain malah bertanya soal follower Instagram-lah, penggemarlah, pacarlah.
Malah timbul pula kesan para pemain timnas U16 diajari untuk menjadi playboy. Kalau tidak, masakan ada yang menyinggung soal cara menggaet cewek? Apa perlunya coba, keahlian menggombali perempuan dikuasai remaja-remaja ini? Apa manfaatnya bagi peningkatan karier mereka sebagai pesepak bola?
Saya yakin para host acara ini, yang sangat akrab dengan dunia sepak bola nasional, masih mengingat jelas satu nama. Seorang pemain muda yang disebut-sebut sebagai wonderkid yang dapat dijadikan contoh betapa popularitas berlebihan pada usia belia berakibat buruk bagi karier pesepak bola.
Sebagai clue, pemain muda ini sempat mencetak rekor saat membela timnas U19 di ajang kualifikasi Piala Asia U-19 2007. Satu golnya ke gawang Hong Kong saat itu tercipta pada detik ke-18, memecahkan rekor gol tercepat Indonesia di ajang internasional.
Sempat direkrut klub Uruguay dan merumput di Eropa bersama salah satu klub Belgia, karier pemain ini malah hancur-hancuran. Usai berpindah-pindah klub di liga lokal, ujung-ujungnya dia berprofesi sebagai host sebuah acara petualangan di televisi. Betul-betul menjadi selebriti.
Saya tidak mau perjalanan karier Iqbal Gwijangge, dkk. seperti eks pemain muda tersebut. Saya berharap jalan anak-anak belia ini semulus Ernando Ari Sutaryadi, kiper timnas Indonesia junior saat menjuarai Piala AFF U16 tahun 2018, yang terus terpilih memperkuat timnas hingga ke level senior.
Sudah Ada Preseden
Disadari atau tidak oleh para pengurus PSSI, juga para host acara ini yang akrab dikenal sebagai pembawa acara siaran sepak bola, apa yang telah mereka lakukan sepanjang acara tersebut merupakan satu cara merusak para pemain timnas U16.
Dalam hemat saya, acara-acara seperti itu lebih banyak mudharat ketimbang manfaatnya bagi timnas U16. Kita tentu masih sama-sama mengingat bagaimana akhir kisah timnas U19 binaan Indra Sjafri dulu. Masih ingat pula dengan bintang-bintang tim tersebut seperti Evan Dimas, Maldini Pali, Ravi Murdianto, atau penyerang mematikan Muchlis Hadi Ning.
Setelah memenangi Piala AFF U19 di tahun 2013, lalu menaklukkan Korea Selatan tak lama berselang, tim tersebut digadang-gadang bakal bersinar di Piala Asia U19 edisi 2014. Target yang diembankan pada mereka pun keren: lolos Piala Dunia U20 tahun 2015.
Hasilnya? Jangan kata menembus semifinal Piala Asia U19 2014, sebagai tiket menuju Piala Dunia U20 2015, Indonesia malah jadi juru kunci grup dengan poin 0. Rinciannya adalah 3 kali kalah, 8 kali kebobolan, dan hanya mencetak 2 gol.