Lantas, apa solusinya?
Berlangganan IndiHome
Atas saran pemilik situs tempat saya menjadi content writer, opsi berlangganan Speedy jadi pertimbangan. Ini layanan internet dari Telkom Indonesia yang kini kita kenal sebagai IndiHome.
Kenapa baru mempertimbangkan? Karena saya merasa tinggal di desa. Meski hanya berjarak 5,5 km dari pusat kota--terhitung dekat untuk ukuran orang desa, tetapi tempat tinggal saya jauh dari jalan besar di mana biasanya tiang-tiang Telkom terpancang.
Lalu tibalah hari itu. Hari di mana saya melihat seorang teknisi Telkom Indonesia tengah bekerja memperbaiki jaringan kabel di seberang rumah mertua. Astaga, saya baru menyadari ternyata ada tiang telepon tegak di sana.
Saya kontan menepuk jidat. Awalnya sama sekali tidak menyangka kalau jaringan Telkom sudah sampai di sini. Eh, lha kok, ternyata kabelnya melintas di jalan kecil depan rumah. Maklumlah, waktu itu tiang listrik dan tiang telepon masih mirip-mirip.
Pada teknisi tersebut saya bertanya-tanya tentang tata cara berlangganan internet dan berapa tarifnya. Â Beliau menjawab dengan detail, bahkan memberi tahu saya kalau sedang ada promosi khusus bagi pelanggan baru.
Tidak menunggu lama, saya pergi ke Plaza Telkom Pemalang keesokan paginya. Siang hari itu juga seorang teknisi datang untuk melakukan survei, sebelum kemudian menarik kabel dari titik ODP terdekat ke rumah. Sejak itulah saya bisa online 24 jam sehari, 7 hari sepekan. Betapa senangnya....
Saya memang sudah tidak lagi berjualan uang lama sejak beberapa tahun lalu, juga sudah lama berhenti sebagai content writer. Namun saya masih menekuni pekerjaan di bidang kepenulisan. Selain mengurusi blog pribadi, kini saya menjadi editor-akuisisi lepas di sebuah aplikasi webnovel dan juga menulis novel di beberapa aplikasi lain.
Kesemua pekerjaan tersebut saya lakukan secara daring di rumah. Karena itu layanan IndiHome masih tetap jadi andalan. Kepada siapa lagi memangnya saya bisa berharap selain koneksi kencang, lancar, lagi murah meriah dari Internetnya Indonesia ini?
Berkat IndiHome, saya bisa menggeluti passion sekaligus mencari uang dari rumah saja. Kalau tetangga kanan-kiri musti merantau ke Jakarta, Karawang, Semarang, bahkan kota-kota lebih jauh di Kalimantan demi menjemput rezeki, saya tetap tinggal di desa ini.