JULI merupakan bulan ketujuh dalam penanggalan Masehi. Menariknya, di sistem kalender Gregorian ini ada satu bulan yang namanya berarti "tujuh", yakni September, tetapi malah menjadi bulan kesembilan. Mengapa bisa demikian?
Jawaban mudahnya, itu semua karena "ulah" orang-orang Romawi. Lebih tepatnya lagi sejumlah kaisar yang memerintah Kekaisaran Romawi pada masa lalu, sebab berkat merekalah sistem penanggalan diubah-ubah dari waktu ke waktu.
Beberapa kaisar Romawi juga suka membuat kebijakan yang bersifat mengagung-agungkan diri sendiri. Misalnya, mengabadikan nama mereka sebagai nama kota. Termasuk juga mengubah nama bulan dalam sistem penanggalan dengan nama mereka.
Pada mulanya penanggalan yang dipakai bangsa Romawi hanya terdiri atas 10 bulan dalam satu tahun kalender. Dan dua di antaranya memiliki panjang yang sangat luar biasa. Jatuh pada musim dingin.
Tahun Romawi tersebut diawali dengan bulan yang kini kita kenal sebagai Maret, bukan Januari. Bahkan bulan bernama Januari pun belum ada pada saat itu. Urut-urutan bulannya adalah Martius, Aprilis, Maius, Junius, Quintilis, Sekstilis, September, Oktober, November, dan Desember.
Coba perhatikan, tidak nama Juli di sana. Empat bulan awal namanya diambil dari nama-nama dewa-dewi Romawi. Martius dari nama Dewa Mars, dewa perang. Nama Aprilis masih jadi perdebatan di antara kalangan sejarawan, tetapi diduga diambil dari sumber sama. Demikian pula Maius (Dewi Maia, anak Dewa Atlas) dan Junius (Dewi Juno, dewi pernikahan).
Sedangkan nama enam bulan terakhir dalam penanggalan tersebut diambil dari nama angka dalam bahasa Latin. Yakni quinque (lima) yang menjadi Quintilis, sex (enam), septem (tujuh), okto (delapan), novem (sembilan), dan decem (sepuluh).
Konon, sistem penanggalan ini diperkenalkan oleh Romulus, pemimpin legendaris Romawi, pada tahun 700-an Sebelum Masehi. Artinya, hampir 3.000 tahun lalu.
Tambah Bulan
Seiring berjalannya waktu, terjadilah beberapa perubahan dalam sistem penanggalan seturut kebijakan penguasa Romawi. Mula-mula diputuskan jika ada penambahan bulan baru lagi setelah December. Yang ditambahkan bukan cuma 1, tetapi 2 bulan baru sekaligus.
Penambahan ini didasarkan pada pola revolusi bulan yang berjumlah 12 kali dalam satu tahun matahari. Dengan demikian kalender orang Romawi yang mulanya hanya terdiri atas 10 bulan, sejak saat itu menjadi 12 bulan.
Jumlah hari dalam setahun yang tadinya hanya 304, bertambah menjadi 355. Jumlah hari dalam setiap bulan juga dibuat setara, sehingga dua bulan pada musim dingin yang tadinya memiliki hari paling banyak dipecah-pecah.
Bulan setelah December tersebut diberi nama Januarius, yang kemungkinan diambil dari nama Dewa Janus sang penguasa langit. Sedangkan bulan baru satunya lagi diberi nama Februarius, tidak ada referensi dari apa atau siapa nama ini berasal.
Agar jumlah hari dalam kalender ini sesuai dengan tahun matahari yang berlaku pada saat itu, misalnya kalender Yunani, Numa Pompilius memerintahkan agar ditambahkan satu bulan khusus setiap dua tahun sekali.
Bulan tambahan tersebut diberi nama Mercedinus, ditempatkan setelah Februarius dan sebelum Martius. Jika pada suatu tahun ada tambahan bulan Mercedius, maka Februari hanya akan berjumlah 23 atau 24 hari. Sisa hari lainnya dimasukkan dalam Mercedius.
Bingung? Sama.
Pendek kata, kebijakan Numa Pompilius ini membuat kalender Romawi jadi berjumlah 12 dan 13 bulan secara berganti-ganti setiap dua tahun sekali. Jumlah hari dalam satu tahun kalender pun bertambah banyak.
Kaisar Narsis
Lalu, terjadilah perubahan lagi. Nama-nama beberapa bulan diubah, konon supaya terdengar lebih keren. Padahal aslinya ada kaisar Romawi yang ingin namanya diabadikan dalam kalender.
Mula-mula Julius Caesar, yang tercatat dalam sejarah sebagai salah satu kaisar agung Romawi. Sang kaisar mengusulkan agar awal tahun digeser ke bulan Januarius, bukan lagi Martius.
Usulan Caesar ini diajukan pada tahun 46 SM, kira-kira 708 tahun sejak Romawi berdiri. Setelah disetujui oleh Senat, perubahan pun dilakukan tahun berikutnya. Sejak 45 SM, awal tahun adalah tanggal 1 Januaris.
Tidak hanya itu perubahan yang dilakukan. Caesar juga mengatur jumlah hari dalam setiap bulan menjadi 31 dan 30 hari secara bergantian. Pengecualian berlaku pada Februari yang hanya berjumlah 28 hari atau 29 hari pada tahun kabisat.
Perubahan lainnya dari Caesar, sang kaisar mengganti nama Quintilis yang adalah bulan kelahirannya menjadi Julius. Kalender inilah yang dikenal sebagai Kalender Julian.
Ketika kemudian kekuasan Caesar digantikan Kaisar Augustus, lalu Romawi berkembang sedemikian pesat di bawah kepemimpinannya, Senate meloloskan aturan yang mengubah nama bulan Sextilis menjadi Augustus.
Dengan demikian urut-urutan bulan pada kalender Romawi sejak era Kaisar Augustus adalah: Januarius, Februarius, Martius, Aprilis, Maius, Junius, Julius, Augustus, September, October, November, December.
Inilah nama-nama bulan yang sampai sekarang masih dipakai oleh orang Barat, lalu diterapkan ke seluruh dunia. Inilah pula jawaban mengapa bulan ketujuh dalam kalender adalah Juli, bukannya September yang berarti "tujuh".
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H