Jangan tanya bagaimana reaksi orang Inggris membaca pernyataan tersebut. Luka yang hingga kini masih menganga lebar. Belum sembuh.
Sebagai bukti, ketika Maradona berkunjung ke Tunisia dan bertemu dengan Ali pada Agustus 2015, media Inggris ramai-ramai mengangkat foto kedua sosok tersebut tengah berpelukan. Tentu saja untuk memberi kecamam.
The Telegraph bahkan menyebut Ali sebagai "eternal friend", sahabat abadi Maradona (sumber).
Saat itu Maradona memberi hadiah berupa jersey Argentina lengkap dengan tanda-tangannya kepada Ali. Tindakan yang membuat media Inggris kembali mengulang kisah terciptanya gol pertama Maradona ke gawang Shilton 36 tahun lalu.
Momen Mengesankan
Orang-orang yang terlibat langsung dengan kejadian tersebut mengabadikannya dengan cara masing-masing. Kiper Peter Shilton jelas merupakan sosok yang memiliki kesan paling mendalam tentang gol Maradona itu.
Seumur-umur menjadi penjaga gawang, baru kali itulah Shilton merasakan sakitnya kebobolan sebuah gol. Apalagi penyebabnya kalau bukan karena gol itu dicetak dengan tangan. Di ajang semeriah Piala Dunia pula.
Maka ketika meluncurkan biografi di tahun 2004, Shilton memajang foto Maradona saat mencetak gol kontroversial tersebut di sampul belakang. Bukan untuk mengenang, tetapi menyindir tentu saja.
Kelak di kemudian hari Silton mendeskripsikan Maradona sebagai seorang pesepak bola hebat, tetapi tidak memiliki jiwa kesatria (sumber). Tidak sportif kalau menurut istilah olahraga.
Apa pun itu, saking bersejarahnya peristiwa ini kaus yang dikenakan Maradona saat mencetak gol kontroversial tersebut dihargai sangat mahal oleh kolektor memorabilia. Kaus ini terjual seharga 7,1 juta poundsterling atau USD 9,3 juta, kira-kira setara Rp 128.802.670.662.000,02 (sumber).
SERATUS DUA PULUH DELAPAN TRILIUN LEBIH! Tak heran jika kaus Maradona ini menjadi memorabilia olahraga termahal sampai sekarang.