Cuma memang Filipina tidak seperti koloni Spanyol di Amerika. Mungkin karena setelah Spanyol pergi, mereka sempat diduduki Amerika Serikat. Sehingga Filipina tidak sampai mengadopsi bahasa Spanyol, hanya menyerap begitu intens ke bahasa Tagalog.
Spanyol versi Keling
Jadi, menurut saya, kira-kira seperti di Amerika Latin itulah Indonesia saat ini jika dulu dijajah bangsa Spanyol dan bukan Belanda. Kita bakal jadi orang Spanyol versi keling. Enggak akan ada istilah londo ireng, yang ada spanyol ireng.
Juga enggak akan ada Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, sebab yang dipakai adalah bahasa Spanyol. Todos hablamos espaol, seor y seora. Kalaupun Sumpah Pemuda tetap ada dan bahasa Indonesia tetap dijadikan bahasa nasional, unsur Spanyol akan jauh lebih banyak dari sekarang.
Kita enggak cuma akan menyerap  gratis menjadi gratis,  banco menjadi bangku, bandera menjadi bendera, bataco menjadi batako, falso menjadi palsu atau caldo menjadi kaldu. Namun pasti bakal lebih banyak lagi. Sebanyak kata serapan dari bahasa Belanda yang sekarang ada dalam bahasa Indonesia.
Selain itu, sepertinya enggak akan ada presiden bernama Soekarno, Soeharto, Joko Widodo, apalagi Abdurrahman Wahid atau Bacharuddin Jusuf Habibie. Yang kita kenal mungkin presiden bernama Juan Sebastian, Francisco Mendez, Ferdinand Ronquillo, Pedro Sarmiento, dan sebagainya.
Lalu, mungkin juga saya diberi nama Pablo Neruda alih-alih Eko Nurhuda. Hahaha.
Kemudian kampung halaman kita sangat boleh jadi ikut berganti nama kespanyol-spanyolan pula. Pelabuhan Ratu berubah menjadi Puerto de la Reina, Kayu Agung jadi Gran Madera, Banyuwangi jadi Agua Fragante.
Terlebih di Jakarta sebagai pusat pemerintahan, rasa-rasanya bakal banyak yang berubah namanya menuruti selera penguasa Spanyol. Enggak akan ada Kebon Jeruk, yang ada Jardn de Naranjas. Cempaka Blanca, bukan Cempaka Putih. Gran Campo de Arroz, bukan Sawah Besar.
Ini hanya perkiraan sih, sedikit berandai-andai dengan mengacu pada yang terjadi di eks jajahan Spanyol lainnya.
Oya, bagi yang belum tahu, Quora adalah semacam sosial media atau boleh juga disebut situs berbasis user generated content. Di sana kita bisa mengajukan pertanyaan apa pun dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan member lain. Simpelnya begitu.
Semoga penjelasan satu paragraf ini tidak dianggap promosi dan dicekal oleh admin Kompasiana, hehehe.