Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa yang Terjadi Andai Kita Dulu Dijajah Spanyol, Bukan Belanda?

17 Juni 2022   00:04 Diperbarui: 17 Juni 2022   00:56 2030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan yang menggambarkan suasana saat awak kapal Victoria kembali ke Spanyol, September 1522. GAMBAR: Wikipedia Commons

Sepeninggal Magellan, pemimpin ekspedisi sempat berganti-ganti. Sampai kemudian dipercayakan kepada Juan Sebastian Elcano atau ada juga versi yang menyebut nama terakhirnya Delcano. Orang inilah yang menemui Sultan Al Mansyur, penguasa Kesultanan Tidore waktu itu.

Dari kunjungan ini, Spanyol mendapatkan hak eksklusif atas perdagangan cengkeh di wilayah Kesultanan Tidore. Jangan bayangkan wilayah Tidore cuma sepulau mungil itu. Namun membentang luas sampai ke Seram di selatan, sisi timur Halmahera, bahkan hingga kawasan Raja Ampat di kepala burung Pulau Papua.

Konon, utusan Spanyol juga sempat meminta kesediaan Sultan Tidore untuk menyatakan kesetiaan pada Raja Charles I, dengan imbalan proteksi. Ini berarti Spanyol meminta Tidore menjadi negara bawahan.

Benteng Tahula

Sebagaimana lazimnya kekuatan Eropa lain yang datang ke kepulauan kita ini, orang-orang Spanyol minta lahan pada Sultan Al Mansyur untuk mendirikan loji. Maka diberikanlah sepetak tanah di sudut Soasio, berupa sebuah bukit cadas yang berada tepat di tepi laut.

Di sana orang-orang Spanyol membangun sebuah bangunan sebagai gudang sekaligus tempat tinggal. Bangunan ini sekarang dikenal sebagai Benteng Tahula. Letaknya tidak jauh dari Kadato Kie, istana kediaman Sultan Tidore sekarang. Kalau saya tak salah mengira, waktu tempuhnya sekitar 10 menit berjalan kaki.

Kok dekat sekali? Apa enggak takut tahu-tahu ditembak meriam?

Jangan salah paham dulu. Pada masa Benteng Tahula dibangun, istana Sultan tidak berlokasi di tempatnya yang sekarang di Soasio. Pusat Kesultanan Tidore waktu itu masih berada di Rum Balibunga, tidak terlalu jauh dari pelabuhan.

Kelak, istana dipindahkan ke Soasio yang berada di sisi timur pulau usai Tidore terlibat sekian pertempuran dengan Ternate. Jika Tidore bersekutu dengan bangsa Spanyol, maka Ternate disokong orang-orang Portugal.

Benteng Tahula sendiri dari mulanya diniatkan sebagai gudang dan tempat tinggal, lama-lama jadi benteng pertahanan juga. Orang-orang Spanyol menyusun pasukan. Meski tidak bisa dibilang besar, tetapi inilah yang kemudian bersama-sama pasukan Tidore bolak-balik menyerang dan diserang Ternate-Portugal.


Setelah sempat meninggalkan Tidore, orang-orang Spanyol balik lagi. Lumayan lama sih, bangsa Spanyol bercokol di Tidore-Ternate. Sejak mereka pertama kali datang pada 1521 hingga 1663. Kurang-lebih selama 142 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun