CATATAN:Â Tulisan ini saya buat Selasa (14/06/2022) sore, sebelum pertandingan Palestina vs Filipina mentas. Namun entah mengapa sulit sekali dipublikasikan, selalu muncul pesan server error. Mohon maaf jika dirasa sudah kurang relevan.
BEGITU gawang Nadeo Argawinata dijebol Yazan al-Naimat pada menit ke-49, lalu skor 0-1 bagi kemenangan Yordania bertahan hingga peluit akhir, perjalanan timnas Indonesia menuju putaran final Piala Asia 2023 jadi lebih berliku.
Kekalahan dari Yordania membikin langkah Marc Klok en vrienden jadi sangat tergantung pada hasil akhir tim-tim lain. Dan itu bukan hanya pertandingan terakhir sesama penghuni Grup A babak Kualifikasi III, yakni Yordania vs Kuwait.
Dalam hitung-hitungan saya, ada setidaknya empat pertandingan lain di dua grup berbeda yang bisa sangat ikut menentukan nasib Indonesia. Kedua grup tersebut adalah Grup B dan Grup E.
Memang peluang itu masih ada, juga masih terhitung cukup besar sebetulnya. Akan tetapi, ya itu tadi, ada sekian syarat saling berkait yang musti terpenuhi demi melempangkan jalan Indonesia sebagai kontestan turnamen se-Asia tahun depan.
Tak cukup sekadar menang melawan Nepal pada Rabu, 15 Juni 2022, dini hari WIB nanti. Memberondong gawang Deep Karki dengan banyak gol sekali pun, tidak secara otomatis membuat Indonesia lolos. Masih ada lain-lain hal yang bisa menghentikan langkah anak asuhan Shin Tae-yong.
Rumit. Itu kata yang menurut saya tepat untuk menggambarkan kondisi timnas Indonesia saat ini. Sebut saya pesimis, tetapi saya hanya mencoba bersikap realistis berdasarkan hitung-hitungan di atas kertas.
Syarat Mutlak
Kalau ada yang mengatakan Indonesia cukup menang atas Nepal di pertandingan terakhir, itu sama sekali bukan jaminan. Itu justru syarat mutlak yang wajib, yang harus, dipenuhi timnas demi menjaga peluang ke Piala Asia 2023 tetap terbuka.
Sama seperti masuk SMP syaratnya harus lulus SD dulu, atau masuk SMA harus lulus SMP dulu, enggak ada tawar-menawar di sini. Mengalahkan Nepal adalah harga mati!
Sampai mendapat hasil seri apalagi kalah di pertandingan terakhir versus Nepal, tamat sudah. Jadi, Indonesia tidak boleh kalah. Menang adalah target wajib demi bersaing mendapatkan spot runner-up di Grup A.
Ya, saya menggunakan frasa "bersaing mendapatkan" alih-alih "mengamankan". Sebab, andai menang atas Nepal dan mengumpulkan poin akhir 6 sekali pun, Indonesia tidak dapat serta-merta menduduki posisi runner-up Grup A. Kita masih harus memasukkan hasil pertandingan Yordania vs Kuwait ke dalam hitung-hitungan.
Sambil mengalahkan Nepal, para pemain timnas harus senantiasa berdoa agar Yordania tetap tampil maksimal dan mengejar tambahan poin dari Kuwait. Kita juga musti berdoa semoga saja para pemain Yordania tidak merasa aman dengan 6 poin yang telah mereka kumpulkan, sehingga masih mau berjuang keras menambah poin.
Jika ini yang terjadi, yakni Yordania menang atau setidak-tidaknya imbang melawan Kuwait, posisi runner-up Grup A jadi milik Indonesia. Mau tidak mau Kuwait harus rela berada di posisi ketiga karena hanya akan mengoleksi maksimal 4 poin.
Masalahnya, Kuwait pasti bakal mengejar kemenangan. Mereka tentu akan bertanding mati-matian pula untuk menjaga asa negaranya.
Saya yakin sekali Vtzslav Lavika selaku pelatih Kuwait sangat paham, menang tipis 1-0 atas Yordania tidak akan cukup bagi tim asuhannya untuk ke Piala Asia 2023. Maka, dia pastilah menginstruksikan kepada para pemainnya untuk mencetak gol banyak-banyak ke gawang Yordania. Sekali pun margin kemenangan tetap tipis, produktivitas gol apik akan sangat membantu mereka.
Pikiran Buruk
Jujur saja, diam-diam saya bahkan sempat berpikiran buruk, lo.
Bagaimana kalau sampai Kuwait mengajak Yordania bermain mata dengan menggunakan sentimen sesama Arab? Bagaimana jika main mata itu terjadi dan Yordania bersedia mengalah dengan skor 1-2 atau 2-3 atau 3-4, dst?
Pikiran buruk saya bukannya tanpa alasan. Sebab satu-satunya kemungkinan yang bakal menutup peluang Indonesia menjadi runner-up Grup A adalah Kuwait mengalahkan Yordania dengan skor selain 1-0.
Ya itu tadi, skor 1-2 atau 2-3 atau 3-4, dst. Jika skor tersebut benar-benar tercipta, meski sama-sama memiliki 6 poin, Indonesia hanya akan menempati urutan ketiga di grup karena kalah produktivitas gol dari Kuwait dan Yordania.
Sebagai pembanding, coba ingat-ingat lagi konstelasi persaingan di Grup C Euro 2004. Di mana Italia harus tersingkir dini dari turnamen meski meraup 5 poin dalam tiga pertandingan.
Kala itu sebagian pemain Italia menuding Swedia dan Denmark bermain mata di pertandingan pamungkas. Pasalnya, Gli Azzuri hanya kalah dalam hal produktivitas gol dalam klasemen head-to-head dengan dua negara Skandinavia tersebut.
Ya, saat itu Italia, Swedia dan Denmark sama-sama mengumpulkan poin akhir 5. Maka, head-to-head di antara mereka bertiga yang kemudian dijadikan penentu siapa yang berhak lolos ke fase knock out.
Poin head-to-head ketiga negara sama-sama 2 karena di antara ketiganya selalu imbang. Selisih gol juga sama-sama 0. Namun pertandingan Denmark vs Swedia menghasilkan skor lebih banyak (2-2) ketimbang Italia vs Swedia (1-1) dan Italia vs Denmar (0-0).
Alhasil, duo Skandinavia yang berhak melenggang, sekaligus membuat Italia menyimpan pikiran buruk.
Namun tentu saja saya langsung menyingkirkan jauh-jauh prasangka tidak baik itu. Alasannya, Yordania adalah kerajaan Hashimiyah. Raja Yordania merupakan keturunan Bani Hasyim, klan asal-usul Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Raja Abdullah II yang saat ini bertahta, diklaim merupakan generasi langsung ke-43 dari Nabi Muhammad.
Tambahan lagi, Raja Abdullah II adalah sahabat karib Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan kita. Jadi, saya berbaik sangka para pemain Yordania tidak akan mau diajak mencurangi Indonesia. Semoga saja prasangka baik saya ini jadi kenyataan.
Runner-up Belum Jaminan
Oke, katakanlah Indonesia menang atas Nepal dan Yordania tetap tampil ngotot sehingga Kuwait gagal menang, atau Kuwait hanya  menang dengan skor tipis 1-0, bagaimana peluang Indonesia selanjutnya?
Ini bagian yang menurut saya lebih mendebarkan. Sekali pun pada akhirnya timnas kita duduk sebagai runner-up Grup A, tiket menuju putaran final Piala Asia 2023 masih belum bisa dipastikan 100%.
Seperti sudah saya sampaikan di awal tulisan, dalam kondisi bagus seperti ini pun Indonesia masih harus menggantungkan nasib pada hasil pertandingan di dua grup lain. Pada hasil yang diraih Filipina, Yaman, Turkmenistan, juga adik sekaligus musuh bebuyutan, Malaysia.
Ancaman dari Yaman tidaklah terlalu besar memang. Di atas kertas mereka bisa mengalahkan Mongolia. Namun lebih dari menang, Yaman wajib menang sebesar-besarnya agar dapat menggeser Filipina dan duduk sebagai runner-up Grup B dengan 4 poin. Itu pun dengan satu syarat wajib: Filipina dibantai Palestina.
Untuk Filipina, kita mungkin bisa sedikit bernapas lega karena yang akan menjadi lawan mereka adalah Palestina. Menurut saya, Palestina seharusnya tidak mungkin kalah dari Filipina. Kejutan paling besar yang mungkin terjadi, lagi-lagi menurut saya, hanyalah hasil seri.
Ya, benar, bola itu bundar. Namun sebundar-bundarnya bola, penentunya adalah si penendang bola tersebut. Dalam hal ini, menurut saya lagi, aksi Palestina lebih meyakinkan ketimbang Filipina di sepanjang kualifikasi.
Maka dari itu saya lebih menjagokan, atau silakan sebut saja saya lebih mengharapkan, Filipina paling banter hanya dapat meraih tambahan satu poin dari Palestina. Total poin akhir 5.
Ancaman Grup E
Nah, sekarang Grup E. Dibandingkan Grup B, ancaman dari Grup E bagi Indonesia jauh lebih signifikan.
Kita bahas Malaysia duluan.
Jiran kita ini "diuntungkan" dua kali karena: (1) tim yang berpeluang mengancam kans mereka sebagai runner-up grup, yakni Turkmenistan, bakal menghadapi Bahrain si pemuncak klasemen Grup E; dan (2) sekali pun Turkmenistan sanggup menang atas Bahrain, Mahamadou Sumareh, dkk. hanya cukup mengalahkan Bangladesh untuk mengamankan posisi.
Masih ada keuntungan ketiga sebetulnya, yakni Malaysia menang 3-1 atas Turkmenistan dan hanya kalah 1-2 dari Bahrain. Dengan demikian, asa Turkmenistan hanya akan terbuka jika bisa menang dengan selisih bersih minimal tiga gol atas Bahrain. Saya yakin Bahrain tidak mau skenario ini terjadi. Enak saja.
Taruh kata Turkmenistan sanggup menang 3-0 atau 4-1 atau 5-2 atas Bahrain, lalu Malaysia juga menang atas Bangladesh dengan skor berapa saja. Maka akan ada tiga tim di Grup E yang memiliki poin 6. Namun Malaysia dan Turkmenistan yang berhak menduduki poisisi 1-2 grup karena unggul selisih gol dari Bahrain.
Jika Turkmenistan hanya menang dengan selisih bersih di bawah tiga gol atas Bahrain, mereka hanya bisa menduduki peringkat tiga grup. Pendek kata, nasib Malaysia di Grup E sudah terbilang aman.
Kiprah Harimau Malaya di Kualifikasi Piala Asia 2023 benar-benar hanya tergantung pada hasil pertandingan mereka melawan Bangladesh. Sementara hasil Bahrain vs Turkmenistan cuma akan berpengaruh pada posisi akhir mereka di Grup E, tetap sebagai runner-up seperti sekarang atau malah duduk kat nombor 1.
Sebaliknya, nasib Indonesia dan juga Turkmenistan sangat tergantung pada partai-partai terakhir di Grup E ini.
Kita harus berandai-andai lagi di sini. Jika Turkmenistan benar-benar mengalahkan Bahrain 3-0, Malaysia akan jadi pemuncak Grup E. Dengan demikian Turkmenistan ada di peringkat kedua dan akan jadi saingan berat Indonesia dalam memperebutkan satu spot runner-up terbaik.
Apa pasal? Dengan menang 3-0 atas Bahrain, Turkmenistan jadi punya selisih gol +2. Artinya, demi semakin memantapkan peluang lolos, Indonesia wajib menang dengan skor minimal 3-0 pula atas Nepal.
Lihat sendiri, jalan timnas kita sangat ditentukan oleh banyak faktor kali ini. Seperti saya jadikan sebagai judul tulisan ini, skenario Indonesia untuk lolos ke putaran final Piala Asia 2023 tergolong rumit. Sama sekali tidak simpel.
Namun demikian, Marc Klok en vrienden hendaknya cukup fokus pada apa yang berada dalam kendali mereka: pertandingan melawan Nepal. Yakin bisa!
Timnas Indonesia wajib menang dengan selisih minimal tiga gol bersih atas Nepal. Tidak boleh kurang dari itu. Ini untuk berjaga-jaga andaikata terjadi kejutan di Grup B dan Grup E.
Sembari timnas berjuang, kita juga musti berdoa agar Kuwait hanya bisa seri atau syukur-syukur kalah saat melawan Yordania. Lalu Filipina gagal memberi kejutan saat meladeni Palestina, juga Turkmenistan tidak menang besar atas Bahrain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H