Ya, saat itu Italia, Swedia dan Denmark sama-sama mengumpulkan poin akhir 5. Maka, head-to-head di antara mereka bertiga yang kemudian dijadikan penentu siapa yang berhak lolos ke fase knock out.
Poin head-to-head ketiga negara sama-sama 2 karena di antara ketiganya selalu imbang. Selisih gol juga sama-sama 0. Namun pertandingan Denmark vs Swedia menghasilkan skor lebih banyak (2-2) ketimbang Italia vs Swedia (1-1) dan Italia vs Denmar (0-0).
Alhasil, duo Skandinavia yang berhak melenggang, sekaligus membuat Italia menyimpan pikiran buruk.
Namun tentu saja saya langsung menyingkirkan jauh-jauh prasangka tidak baik itu. Alasannya, Yordania adalah kerajaan Hashimiyah. Raja Yordania merupakan keturunan Bani Hasyim, klan asal-usul Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Raja Abdullah II yang saat ini bertahta, diklaim merupakan generasi langsung ke-43 dari Nabi Muhammad.
Tambahan lagi, Raja Abdullah II adalah sahabat karib Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan kita. Jadi, saya berbaik sangka para pemain Yordania tidak akan mau diajak mencurangi Indonesia. Semoga saja prasangka baik saya ini jadi kenyataan.
Runner-up Belum Jaminan
Oke, katakanlah Indonesia menang atas Nepal dan Yordania tetap tampil ngotot sehingga Kuwait gagal menang, atau Kuwait hanya  menang dengan skor tipis 1-0, bagaimana peluang Indonesia selanjutnya?
Ini bagian yang menurut saya lebih mendebarkan. Sekali pun pada akhirnya timnas kita duduk sebagai runner-up Grup A, tiket menuju putaran final Piala Asia 2023 masih belum bisa dipastikan 100%.
Seperti sudah saya sampaikan di awal tulisan, dalam kondisi bagus seperti ini pun Indonesia masih harus menggantungkan nasib pada hasil pertandingan di dua grup lain. Pada hasil yang diraih Filipina, Yaman, Turkmenistan, juga adik sekaligus musuh bebuyutan, Malaysia.
Ancaman dari Yaman tidaklah terlalu besar memang. Di atas kertas mereka bisa mengalahkan Mongolia. Namun lebih dari menang, Yaman wajib menang sebesar-besarnya agar dapat menggeser Filipina dan duduk sebagai runner-up Grup B dengan 4 poin. Itu pun dengan satu syarat wajib: Filipina dibantai Palestina.
Untuk Filipina, kita mungkin bisa sedikit bernapas lega karena yang akan menjadi lawan mereka adalah Palestina. Menurut saya, Palestina seharusnya tidak mungkin kalah dari Filipina. Kejutan paling besar yang mungkin terjadi, lagi-lagi menurut saya, hanyalah hasil seri.
Ya, benar, bola itu bundar. Namun sebundar-bundarnya bola, penentunya adalah si penendang bola tersebut. Dalam hal ini, menurut saya lagi, aksi Palestina lebih meyakinkan ketimbang Filipina di sepanjang kualifikasi.