Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenang Perjumpaan dengan Amina Sabtu, Fatmawati-nya Tidore

18 Juli 2018   22:06 Diperbarui: 19 Juli 2018   17:26 3499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Almh. Nenek Amina Sabtu bersama Ipul (paling kiri), Olan, dan dua cucunya yang lain saat pertama kali saya temui pada 11 April 2017. FOTO: Eko Nurhuda

Bingkisan dan penghargaan dari berbagai pihak mengalir deras untuk Nenek Na. Dari pemuda dan warga setempat, dari Dandim Tidore Kepulauan, dari keluarga Achmad Mahifa, juga dari Jou Sultan Hi. Husain Syah melalui Ko Udin.

Dalam kesempatan itu pula Jou Sultan menganugerahi piagam penghargaan dari Kesultanan Tidore. Inilah penghargaan pertama yang diterima Nenek Na atas keberaniannya menjahit bendera bersejarah 72 tahun lalu.

Tentu saja saya turut senang melihatnya. Lebih senang lagi karena saat saya berkunjung ke rumahnya selepas upacara, Nenek Na terlihat banyak tersenyum. Beberapa kali beliau terkekeh. Saya beruntung sekali bisa berfoto bareng saat Nenek tersenyum lebar begitu.

Sayang, senyum lebar itu hanya tinggal kenangan. Sebuah berita duka datang dari Olan melalui WhatsApp, Rabu (18/7/2018) sore tadi. "Mas Eko, Nenek Na meninggal," demikian kabar singkat, padat, dan to the point dari Olan. Saya terpekur. Satu lagi pahlawan perjuangan bangsa meninggalkan kita semua tanpa sempat mendapatkan penghargaan yang layak dari pemerintah.

Selamat jalan, Nenek Amina...

Almh. Amina Sabtu menunjukkan piagam penghargaan yang diberikan oleh Kesultanan Tidore padanya usai upacara 18 Agustus 2017. Inilah satu-satunya penghargaan yang pernah beliau terima atas keberanian yang dilakukan 72 tahun lalu. FOTO: Eko Nurhuda
Almh. Amina Sabtu menunjukkan piagam penghargaan yang diberikan oleh Kesultanan Tidore padanya usai upacara 18 Agustus 2017. Inilah satu-satunya penghargaan yang pernah beliau terima atas keberanian yang dilakukan 72 tahun lalu. FOTO: Eko Nurhuda
Pemalang, 18 Juli 2018

CATATAN: Artikel ini saya tulis ulang dari naskah berjudul "Perjumpaan dengan Nenek Bandera" yang termuat dalam buku "To Ado Re!; A Memorable Adventure to the Land of Exotic Beauty" (Sixmidad Publishing, 2018), sebuah buku tentang Tidore yang ditulis oleh rekan-rekan blogger, kolomnis wisata, budayawan, dan jurnalis lokal Tidore. Dapatkan bukunya di Tokopedia atau Bukalapak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun