Mohon tunggu...
Bunga Shaina
Bunga Shaina Mohon Tunggu... -

♥ \r\nHave a nice day all....keep smiling & always positive thinking..... ♥ ♥ ♥ \r\nhttp://bungashaina.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan Keji (Tamat)

7 April 2012   17:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:54 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

perempuan keji (5), perempuan keji (4), perempuan keji (3), perempuan keji (2), perempuan keji (1)

Kisah ini hanyalah sebuah gambaran dalam kehidupan yang mungkin saja akan kita alami. Apabila kita menabur benih maka suatu saat kita akan memetik buahnya, apabila kita menanam kejahatan suatu saat akan terkena karmanya….

(6)

Muris adalah sosok seorang pemimpin karbitan.Zumalah yang berperan sangat banyak hingga dia bisa jadi pemimpin dengan cepatnya, Zuma juga yang rela melakukan lobi kemana-mana asal Muris diangkat jadi kepala bagian.

Sudah 3 (tiga) tahun Muris menjabat sebagai kepala PJKA dikota itu. Karena sibuk dengan pekerjaan rumah, Muris selalu telat datang ke Kantor begitu juga saat jam pulang, Muris selalu ingin cepat-cepat pulang kerumah. Muris lebih senang berada dirumah, mengerjakan pekerjaan rumah, asal berada didekat Zuma istrinya.

Suatu hari, Muris sangat kaget karena uang diperusahaan yang dia pimpin diselewengkan karyawannya, dan parahnya semua yang bertanggungjawab adalah Muris. Karena semua pengeluaran itu atas persetujuannya dan juga tanda tangannya selaku pimpinan. Muris kalah karena tidak bisa membuktikan fitnah itu.

Muris pimpinan yang bodoh itu, harus bertanggungjawab dan membayar ganti rugi. Muris dipecat dengan tidak hormat. Zuma sangat marah pada suaminya itu, karena Muris harus melepaskan kebun kopinya dijual untuk membayar uang yang tidak dia gunakan.

" Dasar laki-laki bodoh, kok gampang banget kamu percaya pada anak buahmu ", umpat Zuma pada Muris.

" Aku mati-matian berusaha agar kamu jadi pimpinan, bahkan kusodorkan tubuhku untuk itu. Sekarang mau ditaruh dimana mukaku, dasar suami takberguna ", Zuma benar-benar marah karna kebodohan Muris.

***

Nenek Supi,  meninggal dunia. Zuma benar-benar terpuruk sekarang. Dia seperti seekor anak ayam kehilangan induknya. Selama ini nenek Supi seperti separuh jiwanya.

" Mang  Jail, untunglah nenek Supi sebelum  meninggal sudah membantuku memindahkan semua harta warisan atas nama Muris  dihibahkan pada cucuku Dewi, dan semua berjalan dengan mulus, tanpa rintangan dari siapapun " , ucap Zuma saat diberitahu kalau nenek Supi meninggal.

Zuma lega semua harta Muris sekarang atas nama Dewi Lestari cucunya, semua atas saran Lestari. Kalau diatas namakan Amaludin pasti akan ludes dijual buat judi, kalau atas nama dirinya sepertinya tidak pantas dan kelihatan kalau jahat. Zuma berpikir masak-masak , lebih baik atas nama cucunya saja. Toh nanti akan menjadi milikku juga.

Lestari tersenyum. Berhasil, sekarang semua kekayaan Zuma ada ditangan anaknya Dewi, dan tentu saja dia sebagai ibunya akan mengendalikan itu semua nantinya.

Pagi itu, Lestari melihat Zuma sedang membentak-bentak muris seperti pada pelayannya saja.

" Kenapa nasi bisa gosong ??, dasar suami tak berguna . Pergi kepasar hari ini aku mau makan gulai kambing ",teriak Zuma.

Pagi itu Muris pergi belanja ke pasar, seperti yang diperintahkan Zuma. Seperti biasa Muris tidak lupa membelikan banyak makanan untuk cucunya Dewi.

Dewi sangat menyayanggi kakeknya Muris, Amal Ayahnya tidak pernah menyentuhnya , Dewi bahkan tidak tau seperti apa wajah ayahnya itu. Amal jarang pulang kerumah, pulang hanya minta uang pada ibunya Zuma dan setelah itu pergi lagi. Orang-orang melihat Amal tinggal serumah dengan wanita nakal.

Saat Dewi sakit, Murislah yang menggendongnya dan menemani Lestari ke dokter. Juga saat Dewi rewel, Kakek Muris yang bisa meredakannya, Muris menemaninya tidur sambil mendonggeng.

Lestari memeteskan air mata melihat Zuma memperlakukan Muris seperti itu. Sering menghinanya karena sudah tidak bekerja lagi dikantor. Sungguh kasian Ayah Muris. Lestari ingat pesan terakhir ibunya sebelum meninggal.

" Ibu, aku puas sekarang, aku sangat bahagia. Semua harta Zuma dari ayah Muris sudah diatas namakan Dewi, Bu  ", Kata Lestari pada Ibunya.

" Aku dan anakku kaya bu, seperti kita waktu aku kecil ," lanjut Lestari .

Semua diluar perkiraan Lestari, karna Murni menangis mendengar kabar gembiranya.

" Jangan Nak, harta itu bukan milikmu, juga bukan milik anakmu. Carilah harta yang halal, bekerjalah. Ibu akan bahagia kalau kau kembalikan pada yang punya. Harta hanya didunia, saat kau meninggal kelak semua itu tidak kau bawa... " . Ini adalah nasehat terakhir Murni pada anaknya sebelum meninggal dunia.

***

Muris, sakit-sakitan karna tau Zuma punya kekasih lagi. Seorang lelaki yang lebih muda dan hanya mengerogoti hartanya saja. Setiap hari Zuma memberi kekasihnya  uang dan lelaki itu melayani Zuma dengan baik.

Lestarilah yang merawat Muris. Zuma tau dan dia marah besar pada menantunya itu.

" Biar saja, kamu urus rumah jangan urusi dia, biar saja cepat mati ," ucap Zuma ketus tanpa perasaan.

***

Suatu hari tanpa sepengetahuan ibunya, Amal mencuri sertifikat rumah besar yang mereka tinggali dan mengadaikannya pada rentenir, Amal berhutang untuk berfoya-foya dan berjudi. Saat tidak bisa membayar, akhirnya rumah besar itu disita dan mereka yang tinggal diusir dari rumah itu.

Zuma yang sedang kasmaran tidak peduli dengan itu semua. Dia pergi dengan kekasihnya membawa semua perhiasan yang dibelikan Muris, juga membawa semua uang tabungan mereka hasil kebun danpeternakan. Zuma sangat marah saat dia membuka lemari tempatnya menyimpan semua surat-surat tanah atas nama Dewi tidak ada lagi ditempatnya.

" Anak kurang ajar, pasti dia curi juga surat-surat itu ", Zuma berteriak-teriak sambil membanting semua yang ada didekatnya.

" Sekarang, kamu urus saja anakmu dan bangkai tua itu ", ucapnya sambil mengemasi semua baju-bajunya dan pergi pindah keluar kota.

Lestari menangis tersedu-sedu. Entah itu tangisan bahagia atau tangisan kesedihan akan nasibnya yang malang. Sebenarnya dialah yang mencuri semua surat-surat atas nama anaknya itu,dan bukannya Amaludin seperti perkiraan Zuma.

Lestari akhirnya pindah ke rumah ibunya, rumah kecil yang sangat sederhana, dia membawa ayah Muris yang sakit dan putrinya. Dengan sabar Lestari merawat Muris yang sangat terpukul dengan perlakuan Zuma padanya,  perlahan berkat kesabaran Lastari dan Dewi cucu yang sangat menyanyanginya itu,Muris sembuh dan pulih dari sakitnya.

Lestari mulai bekerja dengan membuka warung kelontong dirumahnya, kebetulan letaknya dipingir jalan. Sedikit demi sedikit warung itu berubah menjadi sebuah toko kelontong yang cukup besar.

Lestari sudah mengembalikan semua surat-surat tanah yang dia curi dari Zuma pada Ayah Muris.

" Simpanlah untukku, " ucap Muris saat melihat surat-surat itu didepannya.

Keluarga Datuk Bee, sangat baik pada Lestari, karna Lestari telah merawat Muris yang sudah tua dari sakit jasmani juga rohaninya karna perlakuan Zuma . Lestari juga menceritakan kalau semua surat-surat atas nama muris sudah dirubah menjadi nama anaknya. Lastari tidak mau ada salah paham. Dia sudah berjanji pada ibunya, akan mengembalikan harta itu pada yang berhak.

Keluarga Datuk Bee, menyerahkan semuanya pada Muris. Dan mereka sangat rela andai Lestari dan anaknya yang mewarisi semua itu, karena mereka sangat baik pada Muris.

***

Amaludin meninggal dunia saat berpesta miras dan keracunan saat minum minuman oplosan. Jasatnya entah dikubur dimana.

Sedangkan Zuma, dia hanya diperalat oleh pasangan kumpul kebonya yang masih muda. Hartanya semakin hari semakin habis terjual. Sekarang Zuma sudah tidak punya nenek Supi maupun mang Jail , mereka sudah meninggal dunia.

Zuma sekarang sudah tidak bisa mengendalikan orang dengan ilmu sihir dan guna-guna lagi seperti ketika dia masih muda dulu. Saat ini setelah hartanya habis, Zuma ditendang oleh laki-laki itu. Jadilah Zuma gelandangan yang miskin di kota besar itu, bertahun-tahun lamanya.

***

Saat  tiba di RS, Rahma mendekatiku.

" Nenek Kinkin sudah mau makan Dok, " katanya padaku. Kulangkahkan kakiku menuju kamarnya.

Kulihat nenek sedang tidur, matanya terpejam, kuperiksa keadaannya. " Nenek yang sangat kuat ". Tiba-tiba tanganku ada yang menyentuh. Hangat.

" Siapa namamu ?",suara pelan nenek sambil masih terpejam matanya.

" Siapa namamu ? ", tangannya memegang tanganku, nenek membuka matanya.

" Namaku Dewi Lestari, Nek ", jawabku sambil tersenyum.

***

TAMAT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun