Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Transparansi, Apologi dan Kriminalisasi

9 Februari 2021   13:39 Diperbarui: 12 Februari 2021   06:24 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, sebuah negara akuarium (Foto Sindonews.com)

Keteladanan dikokohkan, agar rakyat tak hilang panutannya terhadap pemerintah. Negara akuarium mendeskripsikan tatanan Negara yang memposisikan rakyat begitu telanjang. Namun, pemerintah jauh dari praktek-praktek transparan itu. Mereka berada di luar akuarium. Pemilik akuarium, itulah yang tidak adil.

Bernegara seperti hanya melakukan akrobat. Menampilkan tontonan yang baik, sekedar memuaskan penonton. Posisi penonton disini, sekaligus dirangkap pemerintah dan pemodal. Kemudian rakyat diadu, menjadi kompetitor. Para penguasa itu tertawa 'termehek-mehek' melihat rakyat saling menuding. Rakyat dihadap-hadapkan untuk saling menyalahkan.

Siapa yang paling nasionalis. Siapa yang paling Pancasilais, siapa yang radikalis dan teroris dan seterusnya. Tuduh-menuduh itu berkembang di tengah rakyat. Sedangkan para koruptor itu tidak terpantau, mereka melenggang manis. Terus-menerus mencuri. Bahkan sedihnya, sebagian mereka dilindungi. Takut dibongkar aib-aib korupsinya.

Negara akuarium menampilkan potret keraguan dan saling curiga. Karena pemerintah belum percaya rakyatnya itu tertib dan disiplin, maka aturan-aturan itu dibuat. Bahkan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik hanya bersifat formalitas, lembek. Penerapannya masih jauh dari harapan.

Undang-undang ITE yang diperketat. Tandanya pemerintah takut dikritik rakyatnya sendiri. Harusnya UU tersebut dihapus. Percayalah yang dikritik atau dihujat rakyat itu demi kepentingan memajukan Negara Indonesia tercinta. Pemerintah tidak perlu bengis dan galak pada rakyatnya sendiri.

Panggung diskriminasi itu bernama negara akuarium. Istilah populernya negara transparan. Alasan transparansi itu nyatanya hanya diterapkan ke rakyat. Terlebih mereka yang dianggap lawan politik pemerintah. Padahal, semestinya transparansi (akuarium) dialamatkan untuk pelayanan publik. Untuk pemerintah yang mengelola uang, aset, dan sumber daya alam milik rakyat.  

Memang pemerintah sering melakukan kriminalisasi terhadap lawan-lawan politiknya. Akhirnya transparansi, demokrasi dan HAM menjadi dalil pemerintah. Seperti inilah bukti apologi nyata dari permainan politik pemerintah yang tidak negarawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun