Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Politik

DPRD Manado, APBD, Pilkada, dan Distrust

15 Oktober 2020   13:21 Diperbarui: 20 Oktober 2020   00:53 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop politisasi APBD (Foto Fahri)

Ada pemikiran skeptis terhadap komitmen wakil rakyat untuk membela rakyat kali ini. Betapa tidak, mereka malah membuat polemik terhadap pengesahan APBD-P Kota Manado tersebut. Move politik di parlemen Manado ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.

Selain itu, menambah cakrawala, gambaran dan pemahaman kita soal peta kekuatan di DPRD Manado serta arus dukungan partai politik (Parpol) di Pilwako Manado, 9 Desember 2020. Dari 4 (Empat) pasangan calon (Paslon) Wali Kota Manado, sesuai Nomor Urut berurutan dari Nomor Urut 1 Andrei Angouw-Richard Sualang diusung PDI Perjuangan dan Partai Gerindra. Kemudian, Sonya Kembuan-Syarifudin Saafa didukung PKS, Partai Golkar dan Partai Hanura.

Nomor Urut 3, Mor Bastiaan-Hanny Joost Pajouw mendapat dukungan dari Partai Demokrat, PAN dan PKB. Setelahnya, Nomor Urut 4 yaitu Prof. Julyeta Paulina Amelia Runtuwene-Harley Alfredo Benfica Mangindaan dengan dukungan dari Partai NasDem, Perindo dan PSI. 

Dalam segmen selanjutnya, mengalir tudingan terhadap Anggota DPRD Manado yang diduga menunggangi APBD-P 2020. Posisi APBD menjadi objek yang dipolitisasi. Menghambat pengesahan APBD-P Manado 2020, menegaskan kalau kebutuhan masyarakat diabaikan wakil rakyat. Tentu publik mengutuk hal ini. Secara etis cara-cara seperti ini tidak selayaknya terjadi. Apapun ruwetnya rebutan kepentingan politisi, hak masyarakat jangan diganggu gugat.

Tidak mudah memang memperbaiki nama baik. Ketika DPRD Manado terbuai dalam scenario rebutan kepentingan tertentu, lalu membuat perdebatan panjang tentang APBD dan makin meruncing, lalu masyarakat jenuh, kemudian melakukan unjuk rasa menduduki rumah rakyat di Tikala, maka nuansa demokrasi kita makin ramai. Kita berharap para wakil rakyat lebih bijak. Tidak berlebihan membesar-besarkan hal yang sebetulnya masih abstrak, samar-samar dan tidak prinsipil mengorbankan kepentingan masyarakat Manado.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun