Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Literasi progresif

Pegiat Literasi dan penikmat buku politik

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

King Maker dan Privilege Politisi, Cermin Politik 2024

17 Mei 2023   12:38 Diperbarui: 22 Mei 2023   08:13 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Akshay Anand/pexels.com

Kondisi tersebut terus berpengaruh sampai ke basis-basis pemilih. Bagaimana petugas partai, tim sukses merawat simpul-simpul suara di lapangan untuk menguatkan dukungan terhadap calon Presiden, calon Wakil Presiden yang diperjuangkan.

Mereka di satu sisi juga butuh survive. Mereka membutuhkan penyangga dan keseimbangan, jangan sampai ditelikung kawan sendiri di tengah perjuangan. Luar biasa, tidak mudah ternyata menjadi politisi. Di tengah-tengah upaya menjaga posisi, mengambil momentum untuk melompat naik kelas, ada saja ancamannya.

Hanya berdiam diri bisa saja disikut. Kalau tak ditinggalkan gerbong, potensi untuk dituduh dan difitnah kawan sendiri begitu terbuka. Belum lagi, bagaimana politisi tersebut mengkapitalisasi kekuatannya untuk mengalahkan rivalnya. Sampai di titik mana politisi itu tak diintai dan bebas dari ancaman?

Mungkin sampai raganya berada di dalam kuburan. Fitnah, saling hasut, memuji, dan saling menjatuhkan sudah seperti ''tradisi'' dalam politik kita di Indonesia. Padahal itu penyakit. Itu harus dijauhkan dari pergaulan politisi kita. Kepalsuan dalam praktek politik memang tidak sedikit.

Para aktor politik yang berbagi tugas untuk melahirkan kemenangan bersama juga seharusnya solid dalam memperjuangkan isu-isu kerakyatan. Dan meluruskan niatnya untuk memajukan negara. Bukan sekedar menargetkan kekuasaan. Lantas, setelah itu mereka mementingkan isi perutnya sendiri.

Ketika ada pemimpin yang dilahirkan dari king maker, itu berarti dia tak bebas dari intervensi dan balas jasa. Di indonesia kita sangat sulit melepas dari alur tersebut. Hampir semua pemimpin kita dilahirkan dari pengaturan, kemahiran seorang king maker. Ikatan dan dominasi king maker amat kuat.

Dampak buruknya akan lahir beban di masa-masa mendatang. King maker dalam tafsir tertentu penting dan diperlukan. Ia bisa berperan sebagai mentor dalam melahirkan keberhasilan pembangunan kelak. Pada sisi lainnya, menjadi beban. Mereka yang mengambil peran sebagai sebagai king maker tentu mengejar posisi untuk mendapatkan privilege "hak istimewa".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun