Kanalisasi kekuatan politik akan melacak mana kawan dan mana lawan dalam pertarungan politik. Lawan sekali lagi, bukan musuh. Seperti inilah seninya berpolitik.
Setelah permainan, akan ada rekonsiliasi. Sportifitas dibangun. Bukan malah menjadi baper, lalu lawan dijadikan musuh. Bagi politisi yang dewasa dan negarawan, perbedaan pilihan serta perbedaan jalan politik sebagai hal lumrah dalam berdemokrasi. Tidak dijadikan masalah mendasar.
Saling kejut mengejutkan dalam komunikasi politik, titik temu kepentingan bukan hal haram dalam praktek politik.Â
Komunikasi, pendekatan politik adalah ruang mengesosiasikan kepentingan. Jangan menjadi politisi gagap, dan gagal dalam menerjemahkan kepentingan politik. Politisi memang harus dinamis.
Jangan taklid buta terhadap sesuatu. Kemudian, mengutuk orang lain yang berbeda kepentingan politik dengannya.Â
Politisi harus mencerahkan dirinya, tidak menjadi pembenci. Ia memikirkan tentang kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadinya. Bukan terbalik.
Kanalisasi politik dilakukan guna mengurung, atau mengalienasi lawan. Agar pertarungan menjadi mudah dikendalikan. Mengenali kawan dan lawan.Â
Melalui cara tersebut pengkanalisasi kekuatan lebih gampang mengalahkan lawan-lawannya. Sebelum berakhir pertandingan, biasanya kemenangan telah diketahuinya.
Alternatif akhir dari politik Kanalisasi yakni dengan dua jurus jitu. Pertama, membujuk untuk bersama dalam koalisi. Kedua, mengalahkan jika tak mau menjadi mitra berkoalisi. Konsekuensi logis dari dua jalan tersebut melalui intervensi, bujuk rayu, dan intimidasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H