Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Literasi progresif

Pegiat Literasi dan penikmat buku politik

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kanalisasi Politik Jelang Pemilu 2024

14 Februari 2023   15:03 Diperbarui: 16 Februari 2023   10:29 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kanalisasi kekuatan politik akan melacak mana kawan dan mana lawan dalam pertarungan politik. Lawan sekali lagi, bukan musuh. Seperti inilah seninya berpolitik.

Setelah permainan, akan ada rekonsiliasi. Sportifitas dibangun. Bukan malah menjadi baper, lalu lawan dijadikan musuh. Bagi politisi yang dewasa dan negarawan, perbedaan pilihan serta perbedaan jalan politik sebagai hal lumrah dalam berdemokrasi. Tidak dijadikan masalah mendasar.

Saling kejut mengejutkan dalam komunikasi politik, titik temu kepentingan bukan hal haram dalam praktek politik. 

Komunikasi, pendekatan politik adalah ruang mengesosiasikan kepentingan. Jangan menjadi politisi gagap, dan gagal dalam menerjemahkan kepentingan politik. Politisi memang harus dinamis.

Jangan taklid buta terhadap sesuatu. Kemudian, mengutuk orang lain yang berbeda kepentingan politik dengannya. 

Politisi harus mencerahkan dirinya, tidak menjadi pembenci. Ia memikirkan tentang kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadinya. Bukan terbalik.

Kanalisasi politik dilakukan guna mengurung, atau mengalienasi lawan. Agar pertarungan menjadi mudah dikendalikan. Mengenali kawan dan lawan. 

Melalui cara tersebut pengkanalisasi kekuatan lebih gampang mengalahkan lawan-lawannya. Sebelum berakhir pertandingan, biasanya kemenangan telah diketahuinya.

Alternatif akhir dari politik Kanalisasi yakni dengan dua jurus jitu. Pertama, membujuk untuk bersama dalam koalisi. Kedua, mengalahkan jika tak mau menjadi mitra berkoalisi. Konsekuensi logis dari dua jalan tersebut melalui intervensi, bujuk rayu, dan intimidasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun