Mohon tunggu...
Bunga Kania
Bunga Kania Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Bunga Kania Khoerunnisa

Bunga Kania Khoerunnisa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Uang Kertas Sepuluh Ribu Rupiah

21 November 2021   09:05 Diperbarui: 21 November 2021   09:42 4323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Mari kita ganti nama sekolah di papan ini menjadi Irian Bestuur School.”ucapku kepada Marcus. 

Sa takut  kalo sa nanti kena marah.” Jawabnya sambil bergidik ngeri.

 “Kitorang tra usah takut , sa tra suka dengan sebutan Papua . Pokoknya sekarang ko coret saja Papua Bestuur School lalu tuliskan Irian Bestuur School.”

 Aku meyakinkan dirinya. Ia pun segera bergegas menuju papan nama sekolah itu berada . Untungnya, suasana sekolah sedang sepi jadi Marcus dapat dengan mudahnya melakukan hal tersebut.


********

        Hari berlalu begitu cepat. Selama setahun aku berkelana kemanapun untuk mencari ilmu. Aku kembali ke kampung halamanku yaitu Biak pada tanggal 31 Agustus 1945 dan pada hari itu juga merupakan hari pertama aku mengibarkan bendera merah puih dan menanikan lagu Indonesia Raya. “Terima kasih Frans sudah melakukan hal ini.” ucap salah satu warga yang mengikuti upacara tersebut. “Sebenarnya saya dapat mengenal dan mengetahui lagu wajib itu dari guru saya di Irian Bestuur School. Beliau bernama Soegoro Atmoprasodjo, jadi berterimakasihlah kepada beliau .” ucapku kepada mereka semua.

        Setahun kemudian tepatnya pada tanggal 15 hingga 25 Juli aku diutus oleh Nugini Belanda untuk mewakilkan Papua dalam menghadiri Konferensi Malino di Sulawesi Selatan. Konferensi ini bertujuan untuk membentuk negara – negara bagian di Indonesia. Sebagai juru  bicara, akupun membuka suara. “Saya menyarankan wilayah Papua diganti nama menjadi Irian.” jelasku. “Kenapa harus Irian?” tanya seseorang kepadaku. 

“Irian dalam bahasa Biak iu berarti tempat yang panas dan saya harap Irian bisa menjadi cahaya penerang yang mengusir kegelapan di Indonesia.” Aku menambahkan.

********


        Aku terlibat dalam pemberontakan di Biak pada Maret 1948, memprotes pemerintahan Belanda. Pada tahun 1949, aku menolak penunjukan sebagai pemimpin delegasi Nugini Belanda dalam Konferensi Meja Bundar Belanda-Indonesia. 

Sa tra mau jadi delegasi Nugini Belanda di KMB nanti, sa rasa Belanda berusaha mendikte sa.” Akupun melawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun