Mohon tunggu...
Bunga Kania
Bunga Kania Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Bunga Kania Khoerunnisa

Bunga Kania Khoerunnisa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Uang Kertas Sepuluh Ribu Rupiah

21 November 2021   09:05 Diperbarui: 21 November 2021   09:42 4323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

        Sore ini hujan turun lagi. Seperti sore sebelumnya. Menenangkan. Tidak deras benar. Hanya gerimis. Balkon dirumahku saat ini menjadi tempat favoritku. Sama favoritnya dengan caramel machiato yang sedang ku minum sekarang. Kursi yang kududuki juga sangat nyaman membuat aku semakin ingin berlama- lama disini.


Sedari tadi aku berkutat dengan laptopku. Tidak tahu apa yang harus kulakukan. Hanya membuka aplikasi pemutar musik lalu kumulai putarkan playlist favoritku juga. Kubuka web untuk mencari sesuatu yang menarik. Mencari tahu tentang Papua, keindahan alam di Papua , dibawahnya terdapat rekomendasi tokoh untuk dibaca. Kutemukan tokoh pahlawan nasional yang ada di uang kertas sepuluh ribu rupiah. Ya , benar ! Frans Kaisiepo.


Aku sungguh terkagum setelah membaca artikel tentang frans kaisiepo ini. Ternyata jasa-jasa nya sungguh besar dalam menyatukan papua dan indonesia pada saat itu. Aku harap aku bisa menjadi seorang pemberani dan berjasa bagi Indonesia seperti beliau.

*********

        Percikan suara air sungai dekat rumahku sungguh damai. Airnya pun jernih tiada tara. Teringat sewaktu kecil , aku dan teman sekampungku sering bermain air, berenang, hingga mandi disana. Sungguh menyenangkan membayangkan hal itu terjadi lagi.

 “Frans, makan siang sudah siap. Kemarilah nak.”

 Seruan Bibiku dari depan rumah menghancurkan lamunanku sedari tadi. Ku hampiri Bibiku dan disana sudah ada sepupu ku yaitu Marcus. Menu makan siang kali ini adalah papeda dengan ikan kuah kuning. Sungguh, air liurku menetes mencium harumnya masakan Bibiku. Aku tinggal dengan Bibiku semenjak Ibuku meninggal. Pada kala itu aku masih berumur 2 tahun.


Tidak sabar hari esok akan datang. Hari pertama masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas. Aku bersekolah di sekolah dengan sistem pendidikan belanda. Keesokan harinya sepulang sekolah , aku menemukan kedua tetangga ku sedang bertengkar. Keduanya masih remaja , sama sepertiku. Aku melerai pertengkaran dengan damai. “Sudah yaa, sebenernya kalian kenapa sih? Apa yang bikin  kalian sampe ribut begini?” ucapku sambil memberikan dua gelas air putih kepada mereka berdua.


Mereka menjelaskan permasalahan mereka. Aku pun mendengarkanna dengan baik dan memberi mereka saran dan solusi. Akhirnya pertengkaran ini dapat diselesaikan dengan baik. Sering kali ku temukan hal-hal seperti ini dan puji tuhan aku dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik.


Hari berlalu begiu cepat, tak terasa umurku sekarang 24, aku melanjutkan sekoalah di Papua Bestuur School di kota Kampung Harapan yang tak jauh dari Jayapura sekarang. Sekolah singkat serupa kursus itu memiliki nama lain yaitu Sekolah Pegawai Papua. Disekolahku ini, aku memiliki guru beretnis jawa yang memperkenalkanku dan siswa lainna kepada nilai – nilai nasionalisme.


Dibulan terakhir sekolahnya tersebut, aku memiliki rencana untuk menggantikan nama Papua menjadi Irian karena dianggap melecehkan. Aku beritahu rencanaku ini kepada Marcus yang juga satu sekolah denganku. 

“Mari kita ganti nama sekolah di papan ini menjadi Irian Bestuur School.”ucapku kepada Marcus. 

Sa takut  kalo sa nanti kena marah.” Jawabnya sambil bergidik ngeri.

 “Kitorang tra usah takut , sa tra suka dengan sebutan Papua . Pokoknya sekarang ko coret saja Papua Bestuur School lalu tuliskan Irian Bestuur School.”

 Aku meyakinkan dirinya. Ia pun segera bergegas menuju papan nama sekolah itu berada . Untungnya, suasana sekolah sedang sepi jadi Marcus dapat dengan mudahnya melakukan hal tersebut.


********

        Hari berlalu begitu cepat. Selama setahun aku berkelana kemanapun untuk mencari ilmu. Aku kembali ke kampung halamanku yaitu Biak pada tanggal 31 Agustus 1945 dan pada hari itu juga merupakan hari pertama aku mengibarkan bendera merah puih dan menanikan lagu Indonesia Raya. “Terima kasih Frans sudah melakukan hal ini.” ucap salah satu warga yang mengikuti upacara tersebut. “Sebenarnya saya dapat mengenal dan mengetahui lagu wajib itu dari guru saya di Irian Bestuur School. Beliau bernama Soegoro Atmoprasodjo, jadi berterimakasihlah kepada beliau .” ucapku kepada mereka semua.

        Setahun kemudian tepatnya pada tanggal 15 hingga 25 Juli aku diutus oleh Nugini Belanda untuk mewakilkan Papua dalam menghadiri Konferensi Malino di Sulawesi Selatan. Konferensi ini bertujuan untuk membentuk negara – negara bagian di Indonesia. Sebagai juru  bicara, akupun membuka suara. “Saya menyarankan wilayah Papua diganti nama menjadi Irian.” jelasku. “Kenapa harus Irian?” tanya seseorang kepadaku. 

“Irian dalam bahasa Biak iu berarti tempat yang panas dan saya harap Irian bisa menjadi cahaya penerang yang mengusir kegelapan di Indonesia.” Aku menambahkan.

********


        Aku terlibat dalam pemberontakan di Biak pada Maret 1948, memprotes pemerintahan Belanda. Pada tahun 1949, aku menolak penunjukan sebagai pemimpin delegasi Nugini Belanda dalam Konferensi Meja Bundar Belanda-Indonesia. 

Sa tra mau jadi delegasi Nugini Belanda di KMB nanti, sa rasa Belanda berusaha mendikte sa.” Akupun melawan.

Setelah beberapa waktu kemudian aku  dipenjarakan dari tahun 1954 hingga 1961.

 “Aku tidak akan pernah menyerah untuk menyatukan Papua dengan Indonesia.” ucapku dalam hati.

Setelah bebas dipenjara, ditahun 1961 ini aku tidak akan berenti berusaha. Aku akan mendirikan Partai Irian untuk menyatukan Nugini Belanda dengan Republik Indonesia. Untuk membayangkan dekolonisasi Nugini Belanda, Presiden Sukarno berpidato yang mendirikan Trikora (Tri Komando Rakyat) pada 19 Desember 1961 di Yogyakarta.

 Tujuan komando itu adalah:
•membatalkan pembentukan "negara Papua" yang diciptakan oleh kekuasaan kolonial Belanda
•mengibarkan bendera Indonesia di Irian Barat, dengan demikian menegaskan kedaulatan Indonesia di daerah tersebut
•mempersiapkan mobilisasi untuk "mempertahankan kemerdekaan dan penyatuan tanah air"

Pengalihan Irian Barat ke Indonesia dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun berikutnya pada 1 Mei 1963. Sementara itu, pemerintah Indonesia akan diserahi tugas untuk mengembangkan wilayah tersebut dari tahun 1963 hingga 1969, dan pada akhir tahun itu orang Papua harus memutuskan apakah akan bergabung dengan Indonesia atau tetap otonom atau tidak.  

Ditahun 1964, aku diangkat menjadi Gubernur keempat. Gubernur sebelumnya mengundurkan diri  karena ia menyerukan kemeredekaan Irian Barat sebagai negara yang terpisah. Aku menggunakan jabatanku untuk mempromosikan Papua sebagai bagian dari Indonesia. Di tahun 1969, Irian diterima di Indonesia sebagai Provinsi Irian Jaya. Atas upayaku mempersatukan Papua dengan Indonesia, puji tuhan aku terpilih menjadi anggota parlemen untuk Papua pada pemilihan Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 1973 dan diangkat menjadi Dewan Pertimbangan Agung pada tahun 1977 sebagai wakil untuk urusan Papua.

***********


Tak terasa hari sudah mulai gelap. Hujan pun berheni. Mungkin sedari tadi. Aku tidak menyadarinya. Aku masih duduk didepan laptop. Mematung sejenak dan memikirkan betapa hebatnya sosok pahlawan dibalik uang kertas sepuluh ribu rupiah ini. Aku harap orang – orang mengetahui peran Frans Kaisiepo yang hebat ini untuk Indonesia. Terimakasih Frans Kaisiepo telah menyatukan surga kecil yang jatuh itu dengan Indonesia. Jasamu akan ku kenang selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun