Mohon tunggu...
bunga kambodja
bunga kambodja Mohon Tunggu... -

just another anak bangsa yang easy going..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Duh Pemimpin Kami Yang Terhormat, Tidak Terlihat Jelas Kah Bahwa Tindakan Terhadap Chandra dan Bibit Adalah Sangat Mengada-ada ???

28 Oktober 2009   08:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:30 2924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhirnya saya harus menyempatkan lagi posting.. Terus terang saya sedih dan tertekan jika mengikuti kasus Chandra dan Bibit untuk dijadikan terdakwa.

Kenapa? karena terlihat sekali mengada-ada. Entah apa yang sesungguhnya terjadi di balik layar dan saya malas berspekulasi soal itu, tapi yang jelas tindakan kepolisian menjadikan Chandra dan Bibit sebagai terdakwa adalah sangat mengada-ada.

Betul-betul tidak profesional. Kalau memang benar ada maksud tertentu dibalik semua itu, maka menjadikan Chandra dan Bibit sebagai terdakwa adalah teknik dan trik yang sangat-sangat kasar dan memalukan. Tidak bisakah bermain di level yang lebih tinggi ?

Mari kita ulangi secara singkat tentang apa yang dialami oleh Chandra & Bibit.

Bermula dituduh menyalahgunakan kewenangan, Chandra dan Bibit mulai dipanggil kepolisian. Ketidaktepatan tuduhan penyalahgunaan kewenangan dikritisi secara tajam oleh Ketua MK. Bahkan dalam salah satu pernyataannya, Ketua MK sempat menyatakan bahwa kalau dia adalah presiden maka dia akan pecat Kabareskrim dan Kapolri. Menurutnya, penyalahgunaan kewenangan bukanlah ranah kepolisian.

Ketika pada akhirnya Chandra dan Bibit dijadikan tersangka walau tidak harus mendekam di penjara, tuduhannya masih masalah penyalahgunaan kewenangan.

Ketika semakin banyak yang mempermasalahkan tuduhan penyalahgunaan kewenangan tersebut, Kapolri sempat menyatakan bahwa ada masalah lain dimana Chandra dan Bibit terlibat.

Tentu saja hal itu sangat menyedihkan dan konyol! Kenapa ? karena sudah menjadikan Chandra & Bibit dengan tuduhan yang tidak tepat yaitu penyalahgunaan kewenangan lalu tetap memaksakan status tersangka pada Chandra dan Bibit karena ada masalah lain yang belum jelas.

Lalu apa masalah lain itu ? Ternyata adalah masalah penyuapan dari Anggoro ke Pemimpin KPK melalui Ary . Yang paling mengherankan dari cara Kepolisian menyikapi tudingan penyuapan tersebut adalah : Kepolisian sibuk memberkas Ary Muladi dan menjadikan pernyataan Ary Muladi ditambah kesaksian Antasari sebagai bukti tuduhan bahwa Chandra dan Bibit menerima suap.

Bayangkan, seharusnya pernyataan2 tersebut kan baru bukti level awal yang belum pantas untuk menjadikan seseorang sebagai tersangka. Bukti yang sesungguhnya adalah bukti yang menunjukkan bahwa Chandra dan Bibit BENAR-BENAR menerima uang suap tersebut. Misal, rekaman CCTV penerimaan uang suap di lokasi tertentu atau terbukti ada transfer uang masuk ke rekening milik Chandra & Bibit.

Yang menjadi bertambah aneh adalah bahwa sejak berkembang berita bahwa yang memerantarai pemberian uang suap tersebut adalah Ary Muladi, Kepolisian tidak terlihat fokus untuk menyelidiki larinya uang suap 5,1 milyar tersebut tapi malah fokus pada bukti kesaksian Ary Muladi dan Antasari.

Baru sekitar sebulan kemudian, fokus bergeser ke Ary Muladi. Dan ternyata, Ary Muladi mencabut kesaksiannya yang diberikan kepada kepolisian bahwa dia memberikan uang 5,1 milyar tersebut kepada pimpinan KPK secara langsung. Ary Muladi menyatakan bahwa dia menyampaikan uang tersebut melalui makelar yang dia sendiripun sudah tidak punya nomor HPnya.

Kini, setelah berita rekaman tentang upaya rekayasa pemidanaan terhadap Chandra dan Bibit, ternyata Ary Muladi ikut mengakui bahwa memang benar terjadi hal seperti itu.

Berikut cuplikan dari artikel berjudul "Bibit: Antasari Tahu Perekayasaan " di Kompas tanggal Selasa, 27 Oktober 2009 | 19:09 WIB

Ary Muladi lalu disuruh untuk mengakui adanya pemberian uang sejumlah Rp 5,1 milliar kepada pimpinan KPK dalam testimoni 15 Juli, yang merupakan pengakuannya bersama Anggodo Widjojo dalam pemeriksaan perdana yang dilakukan penyidik terhadapnya. Padahal, menurut Ary, seperti dituturkan Sugeng, pemberian uang sebesar Rp 5,1 milliar kepada pimpinan KPK itu tidak pernah dilakukannya. "Ary dalam tekanan (saat mengakui dan menandatangani dokumen 15 Juli) waktu itu oleh penyidik dan Anggodo. Itu pengakuan, yang buat Anggodo, Ary hanya dipaksa menandatangani," ungkap Sugeng.

Silahkan kilik disini untuk membaca lebih lengkap


Saran untuk Presiden.

Yth Pak Presiden,

Saya hanyalah rakyat kecil yang ingin pemerintahan siapa saja berhasil. Karena kalau tidak berhasil maka rakyat kecil juga yang akan merasakannya.

Pak Presiden Yth, keberhasilan Anda memimpin negeri ini adalah sangat bergantung pada keberhasilan Anda mengelola orang-orang dekat Anda.

Nama Anda bisa menjadi baik atau buruk dimata kami hanya karena Anda terlalu mempercayai orang yang ada disekitar Anda dengan secara berlebihan.

Saya yakin Anda tidak terlibat dan tidak mengetahui usaha dan skenario segelintir orang untuk pemidanaan terhadap Chandra dan Bibit. Tapi Anda sudah diikutsertakan tanpa Anda menyadarinya.

Anda dijadikan sebagai pion dalam skenario tersebut. Dimana Anda dikondisikan harus mencari pejabat pelaksana tugas sementara karena ada masalah genting yang diciptakan melalui akal-akalan pemidanaan Chandra & Bibit.

Saya sungguh sedih dan marah jika Presiden republik ini ikut dipermainkan oleh oknum-oknum dalam skenario yang justru melawan hukum.

Presiden Yth. Tidakkah Anda melihat bahwa bukti-bukti yang ada ternyata tidak pantas untuk menjadikan Chandra dan Bibit sebagai tersangka ? Itu hanyalah bukti permulaan yang pantasnya hanya untuk mentrigger penyidikan lebih lanjut.

Presiden Yth. Mungkin diantara orang dekat Anda ada yang mengetahui indikasi permainan oknum tersebut namun tidak cukup berani menyampaikannya kepada Anda.

Oleh karena itu, saya berharap Anda bersikap lebih hati-hati dan cermat terhadap orang-orang dekat disekitar Anda. Jika begitu, Anda akan dapat melihat perbedaan yanng sesungguhnya antara orang dekat yang akan membuat Anda berhasil dalam memimpin negara ini dengan orang dekat yang justru akan menjelekkan nama Anda di mata rakyat.

Semoga Anda selalu ingat pelajaran yang dialami oleh alm Soeharto yang tetap menerima kepercayaan untuk menjadi Presiden karena menerima informasi-informasi dari orang dekatnya yang menyatakan bahwa rakyat Indonesia masih mengharapkan Soeharto untuk tetap menjadi presiden di periode berikutnya.

Selamat berjuang Presiden! Selamat mengelola dengan seksama semua orang dekat Anda. Semoga Anda dipelihara Allah SWT dari kepentingan2 oknum orang dekat Anda yang justru akan menyengsarakan rakyat negeri ini.

Penutup

Mari kita monitor dan awasi kinerja pemerintahan kita sekarang termasuk yang disebabkan oleh oknum-oknum yang sungguh tidak tahu diri.

Di tengah-tengah kesusahan yang sedang kita alami, tentunya rakyat kecil dengan penghasilan dibawah 500rb perhari, kok masih ada oknum-oknum yang mengorbankan apapun demi perilaku korupsi dan jahat nya tidak ketahuan.

Permainan memidanakan Chandra dan Bibit benar-benar teknik yang tidak bermutu.

Salam Kompasiana,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun