Mohon tunggu...
Muhammad Suryadi R
Muhammad Suryadi R Mohon Tunggu... Lainnya - Founder Lingkar Studi Aktivis Filsafat (LSAF) An-Nahdliyyah

Tall Less Write More

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

NU dari Sudut Pandang Pemula

18 Maret 2021   00:44 Diperbarui: 18 Maret 2021   01:04 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : NU Online

Pesantren mengajarkan suatu sistem nilai yang mana itu tidak dimiliki oleh pesantren-pesantren di luar NU. Sistem nilai itu adalah sistem kode etik moral; akhlak. 

Akhlak ini merupakan karakteristik kesantrian yang ditempa selama bertahun-tahun selama mondok di pesantren. Akhlak tersebut berupa adab kepada Kiai dan orang lebih tua ketimbang santri. Menghargai orang berilmu termasuk salah satu adab yang lekat dalam tubuh pesantren ataupun santri itu sendiri. Adab berikutnya, yang ini merupakan adab yang sangat penting, yaitu kesederhanaan. Meminjam definisi Nur Khalid Ridwan, Kesederhanaan adalah adalah budaya perlawanan atas sikap berlebihan, materialistis, dan koruptif. (Nur Khalid Ridwan; 2019)

Ach Dhofir Zuhry dalam Peradaban Sarung menjelaskan dengan sangat apik bahwa pesantren tidak mencetak ilmuan menara gading dan tidak pula mencetak intelektual picisan. Kiai mengajarkan bahwa pada dasarnya hidup itu adalah sederhana, bahkan lebih sederhana dari yang kita bayangkan. (Ach Dfir Zuhry; 2018). 

Dan ciri khas yang terakhir adalah Guyon. Guyon merupakan istilah yang disematkan kepada Kiai-kiai atau Santri NU. Sebab, guyon ini telah menjadi ciri khas NU. Beberapa dekade berlalu, humor telah lekat dalam diri setiap Kiai NU. Guyon dan humor adalah cara Kiai NU menyudahi ketegangan akibat perdebatan-perdebatan yang menyangkut persoalan fiqhi ataupun masalah sosial, politik, budaya, baik itu dalam kehidupan keseharian hingga di arena Muktamar sekalipun.

Jika menjelaskan NU---sebagai seorang pemula dalam menulis tentang NU---, maka NU yang dipahami adalah organisasi kemasyarakatan yang berciri khas pesantren. Sebab, pendiri-pendiri NU sendiri adalah Kiai dan Ulama yang berasal dari pesantren. Tokoh-tokoh figur NU dari level Pengurus Besar hingga Ranting mayoritasnya berasal dari kalangan pesantren. 

Meski, ada juga di NU yang berlatarbelakang bukan pesantren tetapi watak pemikirannya berciri khas pesantren. Pun, tak dapat dipungkiri juga bahwa saat ini kader-kader NU banyak diisi oleh pengurus ataupun kader dari kalangan profesional, akademisi bahkan ilmuan. Meski demikian, ragam individu yang telah mengisi NU saat ini adalah potensi besar untuk eksistensi NU itu sendiri.

Dalam buku Gus Dur, NU, dan Masyarakat Sipil menjelaskan posisi NU. NU sebagai kekuatan strategis dalam masyarakat mau tidak mau harus berkompromi dengan mengadakan penyesuaian-penyesuaian agar mampu bertahan. (Gus Dur, NU, dan Masyarakat Sipil; 2010). 

Senada dengan itu, penulis berkeyakinan tidak ada soal jika NU saat ini banyak diisi oleh kalangan akademisi dan ilmuan, selama identitas dan ciri khas ke-NUan itu tetap lestari. Orang-orang NU yang berlatarbelakang akademisi dan ilmuan itu---meski tidak semuanya--- adalah Gus-Gus berlatarbelakang pesantren. 

Dalam pengertian, banyaknya orang NU dari kalangan akademisi ataupun ilmuan tidak serta merta memudarkan karakteristik kepesantrenan di tubuh NU. Adanya  Kiai dan tradisi NU adalah dua dari sekian banyaknya faktor sulitnya karakteristik kepesantrenan memudar di tubuh NU.

Selain pesantren, keterbukaan atau inklusivitas adalah modal NU berikutnya. Inklusivitas atau keterbukaan merupakan fondasi agar NU bisa maju. Keterbukaan NU terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, ide-ide modernitas atau liberalisme sekalipun harus diadaptasi dengan mengadopsi nilai-nilainya yang relevan dengan kebutuhan NU. 

"Apa yang tidak berlaku seluruhnya jangan dibuang sebagiannya" merupakan kaidah yang sering dikutip Gus Dur sebagai ide dalam merumuskan pentransformasian NU. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun