Mohon tunggu...
Pendidikan Pilihan

Membangun Budaya Holopis Kuntul Baris

13 Maret 2019   10:31 Diperbarui: 13 Maret 2019   10:34 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, berkolaborasi dengan paguyuban orang tua siswa. Kegiatan yang dilaksanakan rapat dengan orang tua siswa kelas I pada saat Hari Pertama Masuk Sekolah (HPMS), mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa ketika ada program sekolah yang harus melibatkan orang tua siswa, seperti pentas seni di berbagai acara, siaran langsung di televisi bidang seni dan budaya. 

Di samping itu melibatkan orang tua dengan kegiatan yang mendekatkan sekolah dengan orang tua dan mendekatkan orang tua dengan siswa seperti: sosialisasi anti perundungan (bullying), sosialisasi litersi, lomba mengirim video orang tua ikut membaca, dan lomba swafoto orang tua beserta anaknya.

Keempat,  menganalisis kegiatan yang disertai  dengan kegiatan evaluasi dan tindak lanjut. Langkah tersebut merupakan potret diri sekaligus intropeksi dan retropeksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Hal-hal positif tentu akan menjadi kekuatan untuk meningkatkan dinamika kegiatan berikutnya. 

Terhadap hal-hal negatif atau kekurangan akan menjadi fokus antisipasi untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Selaras dengan pendapat Rogers yang mengusung teori divusi dan inovasi yang menjelaskan bahwa sebuah gagasan dan ide baru perlu dikomunikasikan pada sebuah kultur. Dalam konteks ini manajemen holopis kuntul baris akan menjadi gagasan baru dalam mengembangkan potensi dan menyemaikan budaya sekolah.

Dampak Manajemen

Dalam kurun waktu setahun, penerapan manajemen holopis kuntul baris telah membawa perubahan-perubahan sederhana. Setidaknya perubahan tersebut tampak pada: (1) budaya sekolah, (2) keterlibatan orang tua/komite sekolah, dan (3) prestasi siswa, guru, kepala sekolah.

Budaya sekolah yang sangat dirasakan adalah meningkatnya kedisiplinan siswa dan guru lantaran instensitas pembudayaan rutin tiap pagi menyambut kedatangan siswa dengan suasana ramah sambil diperdengarkan lagu-lagu daerah dan lagu wajib. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan apel pagi bersama dan pengarahan singkat dari kepala sekolah untuk memantapkan kegiatan pembelajaran dan aktivitas lain disertai curah pendapat guru.

Budaya sekolah lain yang  terkonstruksi dari manajemen holopis kuntul baris adalah keinginan mempublikasikan serangkaian kegiatan yang dilakukan sekolah melalui koran dan televisi, seperti: (1) Pertunjukan angklungsari dalam jumbara PMI Kota Semarang dan Jambore Kwarcab; (2) Pembiasaan membaca di pojok baca dan kompetisi menulis hingga menerbitkan buku; (3) Gelar seni siswa akhir tahun pelajaran, pentas seni di HUT sekolah, pameran hasil karya siswa di akhir semester.

Keterlibatan orang tua dan komite sekolah sangat luar biasa dalam mendukung aktivitas sekolah. Hal tersebut lantaran sekolah senantiasa menjalin komunikasi dengan orang tua dan komite melalui WhatsApp dan rapat-rapat komite. Pelibatan orang tua dan komite sekolah berupa material dan nonmaterial dalam kegiatan lomba-lomba, dokter kecil, pagelaran seni, HUT sekolah, dan pameran hasil karya siswa merupakan bentuk nyata ikut handarbeni sekolah.

Dampak yang dirasakan adalah meningkatkan prestasi siswa dan guru. Jika sebelumnya miskin prestasi maka semangat kebersamaan yang teraktualisasika dalam manajemen holopis kuntul baris membawa peningkatan. Bidang akademik siswa tercatat memperoleh predikat juara II LCC MAPSI tingkat kecamatan, juara II dan juara III lomba tenis meja tingkat kota. Guru pun juga berprestasi menjadi juara I tenis meja tingkat provinsi dan seorang guru meniti jenjang karier setingat lebih tinggi. Bahkan, kepala sekolah pun juga meraih predikat juara I lomba keluarga teladan tingkat nasional serta  menerima penghargaan Lencana Panca Warsa III dri Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Faktor Pendukung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun