Mohon tunggu...
Bunda Alisha
Bunda Alisha Mohon Tunggu... profesional -

A simple mom

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Serenade Biru Hati Arya

16 Januari 2014   10:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:47 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa tidak? Dari segi penampilan, angka 90 dari 100 bisa ia dapatkan atas wajah dan postur tubuhnya yang mencapai 182 cm, membuatnya menjulan di antara mahasiswalain. Kedua orang tuanya asli suku Jawa, tapi nenek buyutnya ada yang berdarah Belanda, jadi garis wajahnya yang bertampang indo dan tinggi badannya yang diatas rata-rata bisa jadi diturunkan dari buyutnya tersebut.

Selain penampilan, Arya dikenal pendiam kalo tidak dikatakan dingin apalagi terhadap teman-teman lawan jenisnya, tapi dibalik diamnya tersimpan otak yang luar biasa cerdas secara akademis. Walaupun dengan kualitas dirinya yang di atas rata-rata itu, Arya tidak sombong bahkan ia sangat rendah hati. Tidak heran ia sering jadi rujukan tempat teman-temannya bertanya dan menjadi kesayangan para dosen.

Arya bertekad besok ia akan mencari tau tentang sosok gadis penolongnya tersebut. Ia sungguh terkesan bukan hanya kebaikan hati sang gadia tapi juga pada sikapnya yang terkesan acuh tak acuh terhadap dirinya. Selama ini ia terbiasa dengan limpahan perhatian lawan jenisnya yang selama itu pula semuanya tidak pernah ia gubris sedikitpun. Ia merasa jengah akan perhatian yang ia anggap berlebihan tersebut.

Kebanyakan selama ini teman-teman wanitanya bersikap manja dan seolah-olah mereka kenal dekat dengan dirinya. Sungguh ia risih dengan semua itu, yang ia anggap justru bukan membuat dirinya jatuh hati tapi malah kebalikannya. Untuk menghindarinya ia punya tips jitu, bersikap dingin tanpa emosi. Hanya sahabat terdekatnya, Pandu, yang mengetahui alasan sikap diam dan dingin Arya.

Hari ini jadwal kuliah Arya dan Pandu tidak sama. Padahal biasanya mereka selalu bersama-sama saat di kampus, apalagi kalau ada tugas kuliah seperti siang ini.

Tekadnya sudah bulat, minimal nama gadis itu harus bisa ia dapatkan. Pandu pasti bisa membantunya. Karena walau mereka bersahabat dekat sejak SD dulu tapi sifat dan kesukaan mereka bertolak belakang. Ia suka menyendiri sedangkan Pandu tipe yang mudah akrab terhadap siapapun bahkan kepada orang yang baru dikenalnya. Ia suka dengan hobi-hobi yang single fighter seperti bela diri, fotografi dan jalan-jalan, sedangkan hobi yang dimiliki Pandu jauh berbeda, Pandu sering berkumpul dan hang out di komunitas pecinta alam, senang berorganisasi di himpunan mahasiwa jurusan dan semacamnya. Walaupun berbeda kesukaan, mereka seperti kakak adik yang selalu bisa diandalkan satu sama lain.

**

Aisha Alifia Putri. Itu nama gadis bersuara jernih tempo hari. Kemarin saat Arya menyempatkan mampir ke rumah Pandu, yang letaknya hanya beberapa blok dari rumahnya, ia berhasil mendapatkan informasi tentang gadis itu termasuk nama dan kegiatannya di kampus.

Pandu sempat curiga awalnya. Heran atas sikap Arya yang tiba-tiba tertarik untuk menggali informasi tentang seorang gadis. Karena belum pernah sekalipun selama pertemanan mereka, Arya begitu antusias tentang seorang gadis. Sepengetahuan Pandu, selama ini Arya lebih tertarik dengan dunianya sendiri. Dunia yang berputar di sekitar kegiatan perkuliahan, hobi tae kwon do-nya, atau dunia fotografi yang berhasil membesarkan namanya di kalangan fotografer lokal negeri ini, dan dunia bisnis batik yang digeluti orang tuanya di mana Arya adalah pewaris yang tentu saja harus mengetahui juga tentang seluk beluk dunia tersebut.

Jadi, kalau tiba-tiba Arya datang ke rumahnya untuk menanyakan tentang nama seorang gadis, tentu gadis ini bukan gadis smbarangan. Saat Arya memberikan ciri-ciri gadis yang menggambarkan suatu sosok gadis tertentu, pikirannya langsung tertuju pada Aisha. Sosok gadis yang cerdas dan aktif dalan kegiatan-kegiatan korahian Islam di kampusnya.

**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun