[caption caption="Kuncung"][/caption]"Mas Bagooooong ... cepet ke sini atuh kita ngobrol lagi ! Dengar nggak kalau Pakde Sengkuni beraksi lagi, gosok sini gasak sana lempar fitnah keji bikin sensasi. Tahu nggak kalau sinden mbak Rini yang centilnya ra karuan itu, cuap cuap megal megol nggak punya malu nongol lagi di tipi. Percaya nggak sama omongannya buta Jonru yang selalu ungkit dan ungkap kebohongan dan kebencian. Nonton nggak ada teroris pimpinan Aswatama yang bikin ontran ontran di kota raja. Percaya nggak kalau kucingku tadi malam sudah melahirkan anak jumlahnya sepuluh ? Oh Mas Bagong ... banyak sekali kejadian aneh akhir akhir ini, padahal Mas Bagong sendiri sudah aneh !"
“Sik ... sik ... sik ... satu satu ! Tahu nggak mbak Dian ada seorang wanodya yang kalau ngomong kayak senapan mesin yang ditembakan dan nggak bisa di setop, kan aneh ?”
“Ya nggak aneh sih Mas, namanya perempuan kalau normal ya begitu, ingin semua serba tahu dan selalu ingin juga ikut nimbrung di dalamnya”
“Terus apa maksud Mbak Dian mengatakan kalau saya sudah aneh dari dulu”
“Lho apa tidak merasa aneh atas penampakan bodi Mas Bagong seperti itu ?”
“Ya memang aneh, tegasnya my body is berantakan, kan ?”
“He he he ... gitu ajah marah, cuman bercanda Mas”
“Gini gini juga banyak yang naksir, Mbak. Kata orang saya ini masih orisinil dan bentuk yang begini ini susah dicari karena unik dan eksotik”
“Oh gitu ya ... aku manggil Mas Bagong sih pasti ada maunya. Mau belajar sama Mas Bagong yang eksotik tentang makna filosofi pagelaran wayang itu. Mau kan, Maaaaasss ?!”
“Wah kalau sudah ngomong Maaasss, panjang dan lama serta pakai mendesah begitu, enggak bisa menolak aku”
“Ya wis ... cepetan atuh !”