Dalam berbagai lakon kisah Mahabarata, Duryudana adalah tokoh antagonis. Sifat dan sikap buruk hampir selalu menyertainya. Kejam, tidak peduli dan mau menang sendiri terhadap saudara-saudaranya, tidak menghargai dan mengindahkan nasehat para sesepuh dan berbagai watak yang tidak baik selalu terjadi disetiap kisah yang melibatkannya. Para dalang sering mengungkapkan hal tersebut saat menjelaskan tentang Duryudana.
Duryudana disebut sebagai Narendra BERBANDA yang mengandung maksud raja dengan kekayaan yang tiada tara, melimpah ruah seakan sepertiga dunia telah dimilikinya. BERBANDU yang artinya memiliki banyak saudara, Kurawa seratus, namun sangat disayangkan hampir semua saudara-saudaranya itu memiliki sifat dan watak yang tak ubah seperti dirinya. Juga watak adigang adiging adiguna. Itulah Duryudana.
Namun saat menghadapi Banuwati, istrinya tercinta .......
Terkungkung .... tak berdaya ..... begitulah memang nasib Duryudana dalam bercinta. Lihatlah kisah perjalanan panjang dalam meraih cintanya ... kegagalan, kekecewaan kerap ditemuinya.
Awalnya saat diangkat menjadi Raja Muda Hastina, oleh kakeknya Bhisma dan ayahnya Destarastra, Jaka Pitana diperintahkan mengikuti sayembara untuk ‘memperebutkan’ putri Pancalaradya, Dewi Drupadi. Namun apadaya kedigdayaannya belum mampu menandingi Pandawa (Arjuna) untuk mengangkat, membentangkan busur pusaka Pancala itu, untuk kemudian memanah sasaran sesuai yang dipersyaratkan. Sayembara itu akhirnya dimenangkan oleh Pandawa, dan Drupadi kemudian dipersunting oleh sulung Pandawa, Yudistira (baca lakon Sayembara Mentang Langkap, dalam versi India : Drupadi menjadi istri kelima Pandawa)
Jaka Pitana bergerak cepat, didengarnya Raja Mandaraka tengah mengalami malapetaka yaitu hilangnya anak sulung putri mereka, Dewi Herawati oleh durjana yang belum diketahui jati dirinya. Jaka Pitana mengerahkan wadyabala Kurawa dan di terima oleh Prabu Salya raja Mandaraka dengan baik untuk dijanjikan apabila mampu menemukan Herawati dengan selamat, maka akan dijadikan sebagai anak mantunya. Namun kegagalan kembali dialaminya. Ternyata yang mampu membebaskan Dewi Herawati dari durjana itu adalah Kakrasana atau Baladewa muda (baca lakon Kartapiyoga Maling).
Gagal dengan Herawati, putri Prabu Salya yang lain yaitu Surtikanti menjadi sasaran tembaknya. Hampir sama kejadiannya, akhirnya Duryudana merelakan Surtikanti untuk dinikahi oleh Basukarna (lakon Alap-alap Surtikanti). Dua kali gagal di Mandaraka rupanya Duryudana tidak kapok juga, masih ada adik Herawati dan Surtikanti yaitu Banuwati. Ternyata Banuwati adalah wanodya yang lebih menawan dibanding kakak kakaknya. Lebih molek, sesiapa yang memandang pasti langsung jatuh hati. Mranani ati, apalagi kalau sudah bercakap dan bersenda gurau, bahasa mulut dan bahasa tubuh bila mendengar dan melihatnya bisa membuat hati klepek klepek .....
Dan Jaka Pitana sudah langsung cinta mati. Tidak bisa tidak ... harus menjadi milikku dengan segala cara dan rekadaya ... begitu janji hati Sang Raja Muda Hastina.
“Saya tak ingin mengalahkan, Sinuwun ! Namun bila Pandawa dikatakan telah kehilangan rasa kemanusiaan apakah memang begitu kenyataannya ?!
“Kata kataku selalu benar !”
“Menurut pandangan saya, adanya perang Baratayudha ini sebenarnya akibat dari tipis rasa kemanusiaanya Paduka sendiri !”