Mohon tunggu...
Cerpen

30 Juz Al-Quran

29 April 2018   21:56 Diperbarui: 29 April 2018   21:57 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

30 Juz Al-Qur'an

(Goresan Santri)

Langit menumpahkan semua beban airnya ke muka bumi.Hujan turun begitu deras,membasahi kaca jendela yang sedang kupandangi,membuat samar-samar pemandangan diluar.Dalam desir suara rintik hujan,Aku teringat peristiwa 2 bulan lalu,saat pertama kali aku dibawa orang tuaku menuju pondok ini,tempat yang kini menjadi penjara suci bagiku,jauh dari teman-temanku,dan tentunya harus berpisah dengan orang tuaku.

Hujan mulai reda.Aktivitas asramaku kembali seperti semula.Tak lama,terdengar suara panggilan memanggil nama-nama santri yang dijenguk orang tuanya.Hingga aku mendengar.

"Announcement for Dina Khafidhatul Nisa'your family in the living room now!"

Seperti bunga yang menanti hujan,inilah saatnya aku melihat wajah ibuku.Segera aku merapikan tampilanku dengan berjilbab.Saat masuk ke ruang tamu terlihat banyak sekali wali santri yang menjenguk putrinya disini.Jujur saja,ini pertama kalinya aku dijenguk oleh ibuku.Saat mengetahui beliau duduk dibalkon kantor pengurus,segera aku berlari kearahnya,kucium tangannya sambil menangis.

"Assalamualaikum",salamku padanya.

"Waalaikumsalam".Wajahnya nampak memancarkan rasa kerinduan yang mendalam.

"Bagaimana kabarmu,Nak.." Ibu bertanya padaku.

"Alhamdulillah baik,Bu" Jawabku dengan perasaan yang berlawanan dengan kehendak hatiku.

"Kamu betah mondok disini..."Tanya ibu sambil menatapku dalam,aku hanya bisa diam.

"Kenapa Nak,kok diam...Kamu nggak betah mondok disini...."Ibu sudah mulai menebak.Aku terdiam dan air mataku menetes.Aku mencoba memeluknya,mencoba menyembunyikan air mataku.

"Lho,kamu kenapa kok nangis....Coba cerita sama ibu.Ibu jadi bingung kalau kamu seperti ini".Tanya ibu dengan halus.

"Aku tidak betah Bu,mondok disini rasanya seperti dipenjara,semua serba diatur.Aku pengen pulang"air mataku terus menetes.

"Kamu harus betah disini,Nak...Buktikan sama Ibu,kalau kamu bisa menjadi yang terbaik"Ibu menenangkanku.

"Tapi aku tidak kuat,Bu.Aku pengen pulang aku tidak mau disini"rengekku lagi.

"Ibu tahu,Itu adalah ujian bagi orang yang mencari ilmu.Ibu yakin kamu bisa,Ibu ingin sekali melihat kamu menjadi seorang khafidzah.

Deg.....seketika jantungku berhenti sejenak ketika mendengar kata'Khafidzah'.

"Apa Bu...Ibu ingin aku jadi Khafidzah....Tidak mungkin,aku sangat susah dalam menghafal.Apalagi harus menghafal kalam Allah.Aku tidak bisa Bu".

"Jangan katakana tidak bisa sebelum mencoba,Ibu yakin dan percaya,kamu pasti bisa".

Aku terdiam mendengar kata Ibu.Ibu seakan sanagt mengharapkan itu.

"Ya sudah,ini sudah sore.Ibu pamit pulang ya.Ingat baik-baik ya,jangan mengecewakan ibu"sambil berdiri lalu bersalaman.Aku hanya diam saja melihat ibu yang semakin jauh,ketika ibu sudah tidak terlihat lagi aku pun mulai kembali ke kamar asrama.

*******

3 bulan sudah berlalu,aku sudah hafal Juz'Amma.Aku heran kenapa ibu belum juga menjengukku.Ketika aku termenung,terdengar suara panggilan yang sama pertama kali aku dipanggil.

Segera aku merapikan kerudungku dan segera aku keluar.Ketiak sampai diluar aku tidak melihat ibuku,aku hanya melihat Bibi dan Pamanku.Aku berjalan menuju arah mereka,lalu aku bersalaman kepada mereka dengan mengucapkan salam.

"Ibu mana Bi,nggak ikut ya.."Mereka hanya diam,tak ada respon yang membuatku terus bertanya.Hingga Bibi angkat bicara.

"Ibumu....,"bibi tidak meneruskan.

"Ibu kenapa Bi...."aku penasaran.

"Ibumu,sudah tidak ada Nak".Deg....serasa jantung ini tak berdetak lagi.

Aku menangis tak kuasa menahan air mataku.

"Ibumu sudah meninggal 1 bulan yang lalu.Maaf Bibi tidak member tahu kamu tepat waktu,karena ini semua keinginan Ibumu.Ini titipan surat dari Ibumu"sambil memberikan surat yang ada di tanagnnya kepadaku.

Aku perlahan membuka surat itu,yang didalam surat itu terdapat fotoku dengan ibu.Air mataku semakin deras mengalir.

Air mataku menetes lagi setelah membaca surat dari ibu.Bibi memelukku.

"Sudahlah,mari aku mintakan izin pulang" Bibi menawariku.Aku perlahan melepas dekapan bibiku.

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Untuk anakku tercinta.....Dina Khafidhotun Nisa'

Maafkan Ibu Nak,Ibu tidak punya maksud untuk memaksamu atau

Apapun dengan cara Ibu menyekolahkan kamu di pondok pesantren.

Ibu tahu bagaimana perasaanmu disana,tapi ini adalah amanat

Almarhum Ayahmu,dan kami dulu juga sudah sepakat.Kami

Berharap kamu menjadi seorang Khafidzah.Ibu percaya dan yakin

Bahwa kamu pasti bisa melakukannya.Maafkan Ibu Nak,ini adalah

Harapan kami berdua.Kami selalu bangga padamu.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun