"Tapi bagaimana dia hamil?"
"Entahlah."
"Apa maksudmu? Lizz seperti kakakku? Dia diperkosa dengan orang yang baru dikenal hingga hamil?"
"Tidak! Lizz tidak gila seperti kakakmu!" Jawabku spontan. Aurel terlihat memalingkan mukanya dariku. "Maaf, bukan maksudku," ucapku lanjut merasa bersalah.
"Ya, kamu memang tidak salah. Kakakku stres gara-gara diperkosa orang. Psikologisnya tidak kuat dan membuatnya sangat terguncang."
"Aku sungguh minta maaf Aurel. Bukam maksudku menyakitimu."
"Tidak apa. Aku tahu kamu sedang khawatir. Lebih baik kita pergi mencari Lizz daripada berdiam di sini."
"Tapi aku tidak tahu harus mencarinya di mana. Lizz tidak banyak keluar dan tidak banyak memiliki teman dekat." Aku menjawab perlahan sambil berpikir.
"Pasti ada. Orang yang dekat dengannya. Kita ke rumahnya sekarang."
"Aku tidak yakin ada." Lizz adalah perempuan yang jarang keluar. Aku tahu.
"Entah teman dekat atau bukan. Coba cari yang akhir-akhir ini berinteraksi dengan Lizz. Aku sungguh tidak bisa diam saja di sini."