Berangkat kerja dengan semangat rasanya memang menyenangkan. Seharusnya bisa terjadi setiap waktu! Mungkin jika dipikir sejak tahun lalu bekerja hingga sekarang, baru kali ini aku merasa sebahagia ini. Tak henti-hentinya pikiranku membayangkan kejadian tadi saat bertemu Adam. Ah ..., rasanya menyenangkan.
"Aku pergi dulu," ucapku sebelum meninggalkan Adam dari indekos miliknya tadi.
"Maaf, aku masih harus membeli hadiah dulu untuk wisuda teman besok," Adam membalas dengan menatap wajahku.
"Pesananku jangan lupa, boneka panda dengan bungkus kado berwarna jingga. Aku akan memberikannya pada Leni teman sekelas ku. Sayang sekali gak bisa ambil langsung. Tapi aku sudah pesan ke penjualnya kalo barangnya diambil orang lain. Jadinya tinggal ambil dan bayar."
"Ya."
Sayang sekali harus bekerja gara-gara harus berhemat di saat-saat seperti ini." Aku sedikit mengeluh.
Dan tiba-tiba saja, Adam memandangku dengan tatapan yang tidak biasa. Lebih dalam dan lebih lama daripada sebelumnya. Ia meraih pundak kiriku dengan tangan kanannya perlahan, lalu selembut kapas tak terasa, tangan kirinya menggeser tengkuk leherku ke arahnya! Dia menciumku!
"Kamu yang hati-hati, besok adalah hari wisudamu juga. Aku tidak sabar melihatmu mengenakan toga," ucapnya lirih kepadaku setelahnya.
Dan aku tidak bisa berkata apa-apa lagi selain mengiyakan. Bahkan suara dari mulutku tidak keluar saking gerogi dan bahagia. Sungguh, momen seperti ini harusnya bisa terjadi setiap hari. Adam harus menciumku agar hari-hariku lebih cerah dan bersemangat. Mungkin nanti? Saat Adam menikahiku? Setelah wisuda? Haha. Pikiranku melantur lagi.
Kini di hadapanku, sebuah rumah dengan dua lantai terlihat berdiri dengan megah. Bunga-bunga beragam warna dan jenis tumbuh di latarnya. Jujur, sejak dulu aku menginginkan punya rumah seperti ini. Lokasinya lumayan tersembunyi di kaki gunung. Di kanan kiri hanya terlihat pohon-pohon hijau dengan pemandangan yang indah. Dari sini pula, aku dapat melihat perkotaan dan tempat kuliahku yang sesak dan panas dengan jelas.