"Kehilangan kontrol akan menyebabkan kamu melakukan hal yang seharusnya tidak kamu lakukan. Aku benci mengatakannya, namun ini persis seperti pacar Ardi yang merengek mengajak mengajak jalan. Padahal situasi di toko sedang ada masalah besar."
Aku tidak begitu paham dengan apa yang dikatakan Rudi. Hanya mengiyakannya dan kami bersiap-siap berangkat ke pantai setelahnya.
"Kalian mau ke mana?" Pertanyaan itu keluar dari Ardi saat aku dan Rudi mengambil motor.
"Pantai. Kami ingin mencari Aurel."
"Keadaanmu masih belum baik dan kamu tidak begitu paham daerah sini. Aku saja yang menemani Tasya. Lagian, pantai adalah tempat yang diinginkan Diana. Aku masih bisa tetap membantu meski mengabulkan keinginan Diana."
"Tidak, aku bisa melakukannya."
"Jika memaksa, aku akan ikut bersama kalian. Aku lebih tahu daerah sini," kata Ardi.
Dan kami pun pergi ke pantai, tempat yang biasa menjadi tujuanku, Aurel dan Niken saat senggang. Meski sebenarnya perjalanan kali ini tidak begitu berarti. Namun lebih baik daripada tersiksa oleh pikiran.
Seiring waktu, Ardi banyak bercerita tentang pergerakan yang dilakukan preman daerah sini. Berada di kota yang terkenal berbahaya membuatnya selain bekerja di dalam toko juga bekerja di "belakang toko": melakukan negosiasi dengan preman agar penjualan dan keamanan toko tetap lancar.
Hanya saja, tidak ada kabar mengenai Aurel dan ini membuatku kecewa.
Setibanya di pantai, Ardi dan Diana segera mencari penginapan. Mereka ingin menginap saja daripada pulang larut malam. Lalu aku dan Rudi mengiyakannya lalu berjalan-jalan untuk mencari Aurel.