"Kita tunggu agak siang untuk berangkat. Saat ini, tenangkan dirimu dulu," kata Rudi terlihat perhatian.
Keadaan cabang lima toko sparepart ini kacau. Meski bangunannya dua lantai. Lantai satu dipenuhi dengan barang-barang dan kardus-kardus yang tidak rapi. Tentu, ini semua disebabkan kejadian lalu. Pembuhunan yang mana Niken sahabatku menjadi korban. Tidak hanya itu, CCTV dirusak dan semua uang hilang.
Meski di daerah sini sering terjadi kekacauan. Maling berani masuk ke rumah sangat jarang terjadi. Biasanya mereka hanya mengambil helm dan motor yang ada di depan rumah-rumah dan toko-toko. Setidaknya itu yang kutahu dari Ardi.
"Berusahalah tetap tenang, Tasya," kata Rudi.
Aku menatapnya.
"Wajahmu terlihat sangat tegang. Kamu perlu mendinginkan kepalamu agar tidak meledak. Wajahmu terlihat kebingungan sejak tadi."
"Maaf."
"Aku tahu kamu sedang bersedih. Kita memang perlu meledakkan emosi."
Aku hanya diam mendengarkan Rudi berbicara.
"Meledakkan emosi secara positif disebut katarsis. Bisa dengan cara melakukan aktivitas yang kita sukai. Sedangkan meledaknya emosi secara negatif adalah hilang kontrol. Aku ingin kamu tidak kehilangan kendali karena sedih."
"Maafkan."