Para warga dengan semangatnya saling berteriak dan terus menghantam lelaki tadi. Merasa puas dan terus menghantam lelaki tak berdaya itu hingga aku tidak berani melihatnya.
Darah..., putus asa..., dan kesedihan ... semuanya bersatu padu dalam waktu yang singkat sebelum akhirnya polisi datang.
***
Toko sparepart laptop ini lebih sepi daripada biasanya. Hening melingkupi kami setelah kejadian tadi. Rudi yang biasanya bermain gitar saat kondisi lengang hanya terlihat bengong, mengotak-atik ponsel dan menaruhnya kembali. Sedangkan Bella hanya diam tanpa ekspresi.
Aku takut ..., takut apabila hal seperti ini terjadi lagi. Pembunuhan terjadi di depan mata kami sekalipun yang terbunuh adalah maling motor yang bersalah. Namun ... darah membekas di depan toko kami. Bergelimang pada lantai yang luas.
Aku takut.
"Beginilah kehidupan, Tasya. Kamu akan sering melihat kekejaman seperti ini di dunia nyata. Banyak orang bersifat seperti hewan."
Aku diam tak bisa berkata-kata. Sedangkan Rudi terlihat pergi ke ruangan belakang karena dapat telepon.
"Seperti kata Rudi. Di cabang toko sini adalah tempat yang paling damai di antara tujuh cabang lainnya. Meski keadaannya seperti ini," ucap Bella melanjutkan.
"Kak? Kamu yakin di sini lebih baik di antara cabang yang lain? Maksudku ..., Niken ..., Aurel?"
...