Suara Papa tiba-tiba terdengar. Kelihatannya sudah pulang dari pekerjaannya yang selalu berminggu-minggu itu. Mengganggu.Â
Namun suaranya terdengar agak marah. Membuatku penasaran untuk segera mengakhiri sesi mandi sore ini.
"Shelly. Papa turut berduka. Maaf Papa baru pulang," ucapnya setelah melihatku.Â
Aku duduk di sebelahnya. Di sebelah Papa dan Mama. Diam dan hanya memperhatikan mereka saling berbicara.
Baru kali ini aku melihat mereka cek-cok dan marah. Kedengarannya, Papa marah dengan rekan kerjanya di kantor.
"Serius Pa? Kenapa Papa diam saja kalau ditipu rekan sendiri? Papa harusnya melawan dong! Proyek itu kan nilainya puluhan juta." ucap Mama dengan wajah memerah.
"Papa juga tidak mau ditipu, Ma. Tapi kenyataannya orang yang dipercaya justru kabur membawa uang proyek," kata Papa. "Sekarang sedang dicari orangnya. Sampai dapat! Agar dia mempertanggungjawabkan kelakuannya," ucapnya lagi menambahkan.
Aku diam mendengarkan. Karena tak paham apa yang mereka bicarakan. Uang, proyek, rekan kerja, perusahaan, apapun itu. Semua bukan hal-hal yang lekat dengan keseharianku. Aku hanya rindu pada Clara.
Namun sedikit demi sedikit aku mulai paham, jika Papa sedang dikhianati temannya sendiri. Orang yang dipercaya selama ini. Persis seperti kejadian yang menimpaku dan Clara.
Dunia memang tidak adil. Orang-orang yang dipercaya selalu berkhianat dan melakukan hal memalukan.Â
Membuatku semakin benci dengan siapapun.