Ada bapak-bapak yang mengambil air untuk dimasukkan ke wadah. Ada yang memasukkan isi rumen (telek-telekan) ke wadah. Ada yang memasukkan air kelapa dan lain sebagainya.
Pembuatan pupuk cair organik ini diakhiri dengan menutup semua bahan yang telah dicampur dengan plastik.
"Pak, ini kalau pupuknya berhasil jadi, baunya akan enak. Tapi kalau gak jadi, baunya akan gak enak. Lalu tutupnya baru bisa dibuka setelah tujuh hari," ucap Tanti. Karena memang prosesnya memperlukan waktu 7 hari.
"Niki resep pupuknya tak bawa, tak foto copy, ya," kata Pak Prayit. Setelah dikasih tahu kalau pelatihan pembuatan pupuk, mereka akan mendapat modul berisi resep dan tahap-tahap pembuatan.
Tanti mengiyakan, sehingga yang awalnya Pak Prayit menulis tangan semua bahan dan tahapnya. Ia merasa tidak perlu melanjutkan lagi. Tinggal memfoto copy saja. Ia mengaku kalau beberapa kali ikut pelatihan yang mirip. Namun tidak pernah disediakan modul secara rinci. Sehingga kali ini terlihat senang.
Setelah kegiatan selesai. Kami ngobrol bersama orang-orang. Tentu, ditemani kopi hitam, rokok, dan beberapa camilan.Â
Brainstorming dan DiskusiÂ
Malam tiba, dan sudah mulai banyak orang yang juga sampai di lokasi. Seperti kegiatan di siang hari, tempat yang digunakan berada di kediaman Lujeng. Jika praktik pembuatan pupuk di luar rumah atau di pelataran. Kali ini sesi brainstorming dan diskusi berada di dalam rumah.Â
Sekitar 30 hingga 40 orang dari kelompok tani berkumpul. Mereka mengenakan seragam kelompok tani yang mereka miliki. Sedangkan rata-rata usia di antara mereka adalah bapak-bapak. Meski juga ada beberapa di antaranya terlihat masih muda.
Acara dibuka. Brainstorming dan diskusi pun dimulai. Namun, jangan berharap jika pembicaraan yang dilakukan orang-orang terkesan kaku dan satu arah. Tidak sama sekali.