Ah ....
Sial.
Air mataku meleleh begitu saja tanpa perintah. sudah ketiga kalinya hal ini terjadi. Tisu, di mana tisu.
Aku meraih tisu di meja sebelah dan tanpa kusadari sudah duduk lagi di kursi yang tadi. Di depanku adalah sisa potongan kue ulang tahun dan ponsel. Di hadapanku agak jauh, adalah pintu rumah yang sedikit terbuka.
Jujur, pikiranku masih campur aduk dan kecewa kepadamu. Namun di sisi lain aku yakin jika tubuh dan perasaanku tetap merindukanmu. Ia membimbingku untuk tetap menunggumu sampai datang. Meski kamu tidak datang ..., atau, kamu datang terlambat!
"Shelly, Mama mau keluar. Mungkin tiga hari baru pulang. Papa butuh bantuan Mama mengerjakan proyeknya" ucap Mama yang sudah berpakaian rapi.
"Iya, Ma."
"Pintunya Mama tutup, ya. Kamu cepat mandi dong, sudah mau gelap."
"Jangan! Aku masih menunggu Clara datang ..., Ma," ucapku tergesa sebelum Mama menutup pintu.
Mama menatapku aneh. Namun aku tidak peduli dan setelahnya Mama pergi entah ke mana.
Gara-gara Mama, aku tidak jenak duduk di depan potongan kue. Lantas aku berjalan menuju pintu rumah dan melihat sekitar. Berharap Clara akan datang dengan tergesa-gesa karena dia sudah sangat terlambat.