Mohon tunggu...
Ahmad RojiBukoting
Ahmad RojiBukoting Mohon Tunggu... Penulis - Life Is Story

Belajar dari tekanan karena dari tekanan kita bisa belajar bagaimana posisi diri kita untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hidup Terarah Bukan Terserah

1 April 2023   17:39 Diperbarui: 3 April 2023   00:46 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

HIDUP TERARAH BUKAN TERSERAH

Penulis : Ahmad Roji Bukoting

 

Tidak seperti biasanya, semakin menuai semakin pudar semangatnya hari ini!. Jiwa menjalai hidup tidak seperti biasanya, serasa “lidi yang diterjang kuatnya angin.”

“Kringg..” waktu telah menjelang pagi, alarm menjadi pengigat yang setia tanpa dibayar selama hidupku untuk bangkit dari kebiasaan saat orang-orang lain masih melanjutkan mimpi-mimpinya yaitu “Tidur.”

Aku, “saat itu bangun dari tidur langsung berjalan ketempat mandi,” lalu bersiap untuk memulai impian dan harapan baru. Suasana pagi hari ini terlihat begitu gelap seperti sang surya masih tidur padahal sudah pukul 07.00 pagi. Tetapi semangatku untuk mewujudkan mimpi ku tidak begitu pudar seperti “sebatang daun yang mudah goyah oleh angin tetap tegar.”

Setelah, lama kemudian “aku pergi.” Ibu, aku pamit ya!. lalu ditanya ibu mau pergi mana nak? (“sebut saja namaku oji”). Saya mau pergi bekerja ibu, ikut sama teman-teman buat nambah uang jajan sekolah..

Saat itu, saya masih masih duduk dibangku kelas 3 sekolah menengah kejuruan. Kemudian setelah itu ibu mengatakan “Jangan dulu kerja nak, sebab kamu masih sekolah biar itu jadi urusanku buat bayar biaya sekolah kamu nak” ujar ibu, dengan nada yang begitu sedih..

Aku jawab, hari ini adalah waktu libur sekolahku yaitu hari sabtu dan minggu saya tidak mau hari liburku tidak mempunyai kegiatan atau kesibukan!

“Baiklah kalau memang itu keinginan kamu, ibu tidak masalah yang penting kamu mampu menjalaninya.” Ujar ibu.

Pada hari sabtu, pukul 08.00 pagi. Indahnya sinar matahari pagi seakan-akan memberikan peluang untuk mencapai harapan dan tujuan kita.. Aku berangkat bersama temanku naik motor berjalan tanpa kenal batas demi mencari dan menemukan garis rejeki tuhan. Setelah  perjalanan yang kita lalui, sudah begitu jauh ibarat “Jauh dimata dekat dihati.” ditengah perjalanan kita berhenti sejenak lalu melihat, Mas? “Disana terdapat rumah dengan tembok polos kebetulan ini buat nawarin wallpaper, siapa tau ada yang membelinya,” ujar Aku.

Lalu kemudian, mas tersebut langsung pergi berjalan “Dengan suanana hati penuh harapan,” ke salah satu rumah untuk ditawarkan penjualan wallpaper kita.

Assalamualaikum. Permisi Ibu, saya datang kesini bukan apa-apa tetapi hanya jualanan produk saya yaitu pengecetan wallpaper tembok! Ujar mas. “Oh. Iya, Mari sini masuk mas.” Ujar ibunya.

Kemudian mas tersebut langsung melakukan berbagai strategi pemasaran yang begitu tersentuh dan memiliki indikasi dengan kalimat “Barang alat ini tidak ada dijual di daerah sini dan untuk jenis pengecetannya menggunakan cet yang khusus,” Ujar mas.

Setelah itu, ia langsung mencontohkan satu meter di tembok yang polos (warna putih). Apa yang terjadi? “hasil terlihat begitu estetik dengan berbagai ukiran yang sangat menggoda.” Serasa magnet yang begitu kuat menarik besi…

Wah! “Aku sangat menyukainya hasil cetakan dari alat ini, sehingga yang tadinya polos berubah menjadi tembok yang memiliki nilai arti dalam hidup.”

Apakah ibu menyukainya? Jadi disini saya ada diskon untuk tiga meternya tidak dibayar alias “gratis”, ujar mas kepada ibunya.

Kata ibu. “Baiklah daripada pada hanya satu meter saja yang terlihat begitu estetik, langsung dicet saja semuanya mas” ujar ibunya kepada mas.

Alhamdulilah, “Terima kasih ya Allah. engkau telah menunjukan jalan rejeki melalui orang ini,” ujar mas sambil penuh syukur. Setelah itu saya dipanggil, Ayoo!. Oji bantu sini, karena ini adalah usaha bisnis kita berdua..

Saya langsung berjalan, dengan cepat penuh gembira mendengarkan pernyataan itu.. “Saya bantu sampai dengan selesai terlihat hasil semuanya begitu indah dan estetik.” Lalu kata ibu. “jangan lupa ya mas, datang kesini lagi soalnya ada saudaraku mau ingin masang wallpaper seperti ini juga.” Baik ibuuu.. Insyallah umur panjang ya ibu! ujar mas.

Perjalanan kita berdua terus berlanjut, tidak sampai disini melainkan mencari lagi sampai tiba waktunya matahari mulai tidur mengigatkan kita semua bahwa “aktivitas dan rejeki hari ini sudah ada ukurannya.”

Aktvitas ini sudah menjadi arah tujuan dan kebiasaan saya ketika terdapat waktu luang “libur sekolahku.”

Roda lensa kehidupan terus berubah. Memasuki pergantian lembaran baru harusnya terlihat indah! Namun dunia semakin cangih melahirkan awal kesedihan datang menghantui seluruh penghuni dunia. Bahkan semua sistem perekonomian sebuah negara terkikis oleh perubahan global. “Saatnya dunia tidak baik-baik.”

“Pandemi Covid-19” Awalnya datang saya mengira sebagai lelucon semata!

Dipenghujung tahun kita menginginkan libur sekolah seminggu tetapi faktanya justru berminggu-minggu lamanya.

Lambat cepatnya perubahan waktu, “semakin melemah dan tak berkembang.”

Mulai memasuki masa ini, terlihat banyak masyarakat kehilangan pekerjaan, banyak semua intansi ditutup. Sampai hati ini berkata. “Dunia telah mengahantui kita termasuk perekonomian sebuah negara.”

Saya mengira bahwa dengan libur ini bisa memberikan kesempatan saya untuk terus bekerja mencari uang melalui penjualan wallpaper bersama teman (Mas). Tetapi harapan saya tidak sesuai realitas yang ada. “Semua daerah melaakukan kebijakan PSBB, Adanya jarak sosial, dan adanya keterburukan ekonomi masyarakat.”

“Semua orang terlihat modar mandir mencari pekerjaan dan banyak dipecat dari berbagai istansi.” Keesokan harinya saya bangun tidur pagi. Apa yang terjadi?  Kesepian yang menghantui setiap saat, tanpa adanya kebisingan suara kendaraan bagaikan dunia yang tidak berpenghuni sampai kapan ini semua berakhir! sambil menatap matahari yang begitu indah tetapi tidak mampu mengindahkan nasib penghuni dunia saat ini.

Beberapa hari kemudian, saya hanya bungkam sehari dikamar tanpa jelas arah tujuan hidup, sambil menghayati bersama jiwa. “Berkembangnya suara berita setiap harinya membuat impian kita semua lenyap tak berdaya.” Tetapi, ada satu hal yang saya tanamkan dalam jiwa dan ragaku yaitu, “prinsip menjadikan setiap waktu lebih produktif.” Hal inilah yang melahirkan sikap saya bahwa setiap hari itu harus mempunyai kesibukan..

Berangkat dari sebuah mimpi, lalu bangkit dari keterburukan keadaan. Saya  ingin menjadikan hidup harus ada kesibukan yaitu harus memutuskan kuliah!

Ibu? Saya ingin kuliah! Lalu ibu berkata. “Apakah kamu tidak rugi dengan biaya kuliahmu tetapi, tidak menikmati fasilitas kuliah ditempat, sementara saat ini semua kampus ditutup.” Tidak, ibu. Saya yakin. “semua usaha yang kita kejar pasti akan menunaikan hasil, sebab tidak ada hasil yang berkelas datang tanpa adanya perjuangan usaha,” Ujar saya kepada ibu sambil mengharapkan dengan wajah yang begitu yakin.

Semua dalam dilematis oleh keadaan dan harapan, semua merasakan dunia ini tidak ada lagi harapan untuk menjamin masa depan. Tetapi saya berkata “tidak ada yang dapat mengetahui masa depan dunia kedepan seperti apa kecuali Allah SWT. Cukup jalani dan nikmati serta berdoa agar dunia ini kembali pulih.”

Keesokan harinya. Saya mulai mendaftarkan diri untuk kuliah melalui online, dan hasilnya Alhamdulilah, lulus diterima disalah satu kampus. “Akhirnya kesibukan saya ada ketika mulai kuliah.” Sambil menjalani perkembangan dunia yang penuh misteri.

Tamat…

Dari cerita diatas dapat disimpulkan bahwa semua orang berhak mendapatkan sesuatu, tetapi tidak semua orang dapat menjalani proses untuk mendapatkan sesuatu. Pesan moral yang dapat diambil dari cerpen tersebut yaitu kemandirian sikap seseorang itulah menentukan masa depan seseorang. Dengan cara, belajar dari tekanan karena dari hal-hal yang belum pernah kita tau itu pasti akan kita tau ketika kita mencobanya dan tidak selamanya kita saling membutuhkan dia dan kamu.

Oleh sebab itu, bangunlah prinsip berdiri diatas kakimu sendiri dengan begitu kamu akan dapat menjadi kepribadian yang tidak lagi bergantung pada siapa-siapa tetapi hanya pada pada jiwa dan ragamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun