Roda lensa kehidupan terus berubah. Memasuki pergantian lembaran baru harusnya terlihat indah! Namun dunia semakin cangih melahirkan awal kesedihan datang menghantui seluruh penghuni dunia. Bahkan semua sistem perekonomian sebuah negara terkikis oleh perubahan global. “Saatnya dunia tidak baik-baik.”
“Pandemi Covid-19” Awalnya datang saya mengira sebagai lelucon semata!
Dipenghujung tahun kita menginginkan libur sekolah seminggu tetapi faktanya justru berminggu-minggu lamanya.
Lambat cepatnya perubahan waktu, “semakin melemah dan tak berkembang.”
Mulai memasuki masa ini, terlihat banyak masyarakat kehilangan pekerjaan, banyak semua intansi ditutup. Sampai hati ini berkata. “Dunia telah mengahantui kita termasuk perekonomian sebuah negara.”
Saya mengira bahwa dengan libur ini bisa memberikan kesempatan saya untuk terus bekerja mencari uang melalui penjualan wallpaper bersama teman (Mas). Tetapi harapan saya tidak sesuai realitas yang ada. “Semua daerah melaakukan kebijakan PSBB, Adanya jarak sosial, dan adanya keterburukan ekonomi masyarakat.”
“Semua orang terlihat modar mandir mencari pekerjaan dan banyak dipecat dari berbagai istansi.” Keesokan harinya saya bangun tidur pagi. Apa yang terjadi? Kesepian yang menghantui setiap saat, tanpa adanya kebisingan suara kendaraan bagaikan dunia yang tidak berpenghuni sampai kapan ini semua berakhir! sambil menatap matahari yang begitu indah tetapi tidak mampu mengindahkan nasib penghuni dunia saat ini.
Beberapa hari kemudian, saya hanya bungkam sehari dikamar tanpa jelas arah tujuan hidup, sambil menghayati bersama jiwa. “Berkembangnya suara berita setiap harinya membuat impian kita semua lenyap tak berdaya.” Tetapi, ada satu hal yang saya tanamkan dalam jiwa dan ragaku yaitu, “prinsip menjadikan setiap waktu lebih produktif.” Hal inilah yang melahirkan sikap saya bahwa setiap hari itu harus mempunyai kesibukan..
Berangkat dari sebuah mimpi, lalu bangkit dari keterburukan keadaan. Saya ingin menjadikan hidup harus ada kesibukan yaitu harus memutuskan kuliah!
Ibu? Saya ingin kuliah! Lalu ibu berkata. “Apakah kamu tidak rugi dengan biaya kuliahmu tetapi, tidak menikmati fasilitas kuliah ditempat, sementara saat ini semua kampus ditutup.” Tidak, ibu. Saya yakin. “semua usaha yang kita kejar pasti akan menunaikan hasil, sebab tidak ada hasil yang berkelas datang tanpa adanya perjuangan usaha,” Ujar saya kepada ibu sambil mengharapkan dengan wajah yang begitu yakin.
Semua dalam dilematis oleh keadaan dan harapan, semua merasakan dunia ini tidak ada lagi harapan untuk menjamin masa depan. Tetapi saya berkata “tidak ada yang dapat mengetahui masa depan dunia kedepan seperti apa kecuali Allah SWT. Cukup jalani dan nikmati serta berdoa agar dunia ini kembali pulih.”