Ini krn amal baik bukan sebab masuk surga tapi itu hak prerogatif Allah.
Uraian di atas bukan berarti tidak ada jaminan dari Allah bahwa Rasul masuk surga. Saya jelaskan juga di TV episode yang sama bahwa Allah menjamin dengan sumpah-Nya bahwa Rasulullah SAW akan diberikan anugerah-Nya sampai beliau puas, yang kita pahami sebagai Surga dan apapun yang Beliau kehendaki. Wa la sawfa yu'thika rabbuka fa tharda.
Itu yg saya jelaskan, tapi sebagian dipelintir, dikutip sepotong dan di luar konteksnya.
Silakan menyimak ulang penjelasan saya di episode tersebut. Mudah-mudahan yang menyebarkan hanya karena tidak mengerti dan bukan bermaksud memfitnah."
Mengerikan. Karena rupanya masih banyak orang membiasakan berpikir dangkal, yaitu langsung berkomentar terhadap potongan kalimat yang belum sempurna sehingga menghasilkan kesimpulan yang salah. Malah kemudian dihubung-hubungkan dengan Syiah-lah, dengan 'mental' beliau yang sudah berubah, dan bahkan dengan Jokowi.
Dimana salahnya bila beliau memang Syiah. Islam Sunni (ahlul sunnah wal jamaah), Syiah, Ahmadiyah, atau apalah aliran lainnya, bahkan yang non muslim pun jika mereka adalah WNI, tentu mereka adalah saudara-saudara kita juga. Demikiankah caranya seseorang bereaksi terhadap kekeliruan (kalau memang dianggap telah melakukan kekeliruan). Bukankan Islam mengajarkan pula metode klarifikasi, untuk meminta penjelasan agar dapat diperoleh kebenaran, yaitu yang dikenal dengan istilah Tabayyun.
Dimana pula salahnya jika memang beliau mendukung Jokowi dalam hal ini. Itukan hak politik beliau. Dan jika memang ada yang menghubungkan dengan perubahan 'mental', saya malah jadi berpikir untuk mendukung perubahan mental yang akan dilakukan oleh Jokowi secara besar-besaran kelak bila beliau terpilih sebagai presiden, minimal untuk merubah mental-mental orang yang masih suka mengambil kesimpulan dari pernyataan yang tidak utuh (kesimpulan akan menjadi salah pula), merubah mental orang yang suka menghujat orang dari kesimpulan yang salah, merubah mental orang yang suka menghujat orang diluar kewajaran, dan perubahan-perubahan mental lainnya.
Kembali kepada yang terjadi dalam hal ini adalah, yang memposting berita itu pertama kali, tanpa melakukan ataupun meminta klarifikasi kepada yang bersangkutan (bahkan mungkin tidak melihat episode tersebut secara utuh) langsung menyandingkan dengan referensi yang tidak sejalan, sehingga langsung terlihat kontradiksinya, sehingga langsung diperoleh 'judgement' yang salah terhadap beliau. Ataukah memang ini yang sedang dilakukan dengan sengaja, mencari-cari kesalahan beliau sebagai bagian dari 'character assasination' (pembunuhan karakter) yang bersangkutan? Nauzubillah dan semoga tidak demikian.
Pun kepada mereka yang terbiasa berkomentar (atau menghujat) atas potongan kalimat tanpa melakukan cek dan ricek terhadap keseluruhan konteks pernyataan, kepada dan untuk berita apapun, mungkin bisa berhati-hati dan menahan diri. Karena bila tidak, dapat menjurus kepada fitnah.Dan anda yang akan rugi dalam hal ini karena anda telah berbuat dosa, memfitnah orang.
Mari kita perbaiki cara berpikir kita, terutama dalam menyimpulkan suatu persoalan/permasalahan agar kita dapat mengambil kesimpulan yang benar berdasarkan data yang benar, dan bukan sebaliknya.
Semoga bermanfaat
@kangbugi
Sumber gambar: pustakamuhibbin.blogspot.com