Mohon tunggu...
Budi Trikorayanto
Budi Trikorayanto Mohon Tunggu... konsultan pendidikan informal -

bergabung dengan Komunitas Sekolahrumah SEKOLAH PELANGI, Pamulang. Ketua Asosiasi SekolahRumah dan Pendidikan Alternatif (AsahPena) Kota Tangerang Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Rumah: Belajar PKn Atau Membuat Kue Pastel?

18 Oktober 2010   11:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:19 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Beberapa praktisi sekolahrumah (anak tingkat SD), mengkritisi pelajaran PKn. Materi dan soal UNnya sulit (tidak pas untuk anak SD), tulisan di bukunya kecil2, bukunya tebal, isinya indoktrinasi dsb. Beberapa sampai pada kesimpulan: tidak usah mempelajari PKn, lebih berguna diajar bikin kue pastel.

Dengan kue pastel kelak akan bisa berwirausaha cari duit seperti maminya. Lalu bagaimana jika suatu kali anak akan ikut UN, dan diujikan PKn (Pendidikan Kewarganegaraan)? Bukankah masih perlu pengakuan dari negara/ijasah agar bisa kuliah atau masuk SMK jurusan Kue Pastel? Gampil... tinggal cari bocoran kunci jawaban, bisa ditukar dengan uang untung hasil berwirausaha kue pastel. Beres.

Apakah para pencinta kue pastel ini mencintai negrinya? Ya ya.. tidak ada yang bilang tidak. Bukankah mencintai diriku sendiri identik mencintai bangsanya sendiri? Bukankah memproduksi kue pastel dan memperoleh untung berarti meningkatkan produksi negri ini? Lagipula, jika mengkritisi pemerintah (a.l. dengan emoh belajar PKn), kan maksudnya agar pemerintah bertambah baik, artinya juga cinta negara?

SEDIKIT MENGENAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Beberapa kritikus dari kalangan homeschooler (dan pakar pendidikan lainnya) mengecilkan arti PKn hanya berdasarkan selintas pandang melihat soal-soal UN PKn atau buku-buku pelajaran PKn. Beberapa dari mereka yang tidak suka PKn memiliki latar belakang sakit hati dan kekecewaan terhadap pemerintah, kecewa terhadap sistem pendidikan nasional, dan berbagai kepahitan lainnya. Mari kita lihat lebih seksama dan cermati, apakah PKn ini mahluk yang harus ditakuti dan dijauhi? Jangan baru selintas pandang saja sudah kampanye negatif kemana-mana.

Apakah di negara maju ada pelajaran PKn? Ya, tentu ada. Sebagian diperdalam dalam wajib militer (kita bebas wamil). Suatu indoktrinasi? ya sebagian memang. Negara Kesatuan RI menyatakan bahwa PKn adalah suatu hal yang penting, karenanya diajarkan sejak SD sampai ke perguruan tinggi, mari kita lihat apa yang diinginkan Pemerintah mengapa PKn masuk dalam standar nasional pendidikan.

Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional mengenai Standar Kompetensi Nasional Pendidikan; dinyatakan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.


  1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
  2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi
  3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya
  4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.


Tidak dapat disangkal bahwa tujuan-tujuan tersebut sangat bermakna. Apakah tujuan agar anak dapat berpikir kritis menanggapi isu kewarganegaraan adalah INDOKTRINASI?

Bagaimana pengembangan kurikulum untuk mengajarkan PKn sesuai dengan standar isi PKn tersebut? Tidak ada yang disebut kurikulum nasional, setiap satuan pendidikan, bahkan setiap keluarga dapat mengembangkan kurikulumnya sendiri, tentu tetap dalam koridur standar nasional pendidikan.

UU Sisdiknas menyatakan:

BAB X KURIKULUM Pasal 36 (1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan PRINSIP DIVERSIFIKASI SESAUI DENGAN  satuan pendidikan, potensi daerah, dan PESERTA DIDIK.

Satuan Pendidikan, Komunitas atau bahkan tiap keluarga, dapat menyusun kurikulumnya sendiri, yang paling sesuai dengan anaknya (perhatian: tidak dinyatakan sesuai dengan keadaan si orangtua, kalau orangtua mengajar, tentu dia harus belajar; bukan belajar PKn sebatas pengetahuan yang ada di mami papi saja).

Dalam standar nasional pendidikan, tujuan dan standar kompetensi apa yang diminta oleh negara untuk dicapai setiap anak bangsa ini?

Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Peserta untuk tingkat SD/Paket A adalah peserta didik mampu:


  1. Menerapkan hidup rukun dalam perbedaan
  2. Memahami dan menerapkan hidup rukun di lingkungannya
  3. Memahami kewajiban sebagai warga dalam keluarga dan di lingkungan sekitar
  4. Memahami hidup tertib dan gotong royong
  5. Menampilkan sikap cinta lingkungan dan demokratis
  6. Menampilkan perilaku jujur, disiplin, senang bekerja dan anti korupsi dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan nilai-nilai pancasila
  7. Memahami sistem pemerintahan, baik pada tingkat daerah maupun pusat
  8. Memahami makna keutuhan negara kesatuan Republik iIndonesia, dengan kepatuhan terhadap undang-undang, peraturan, kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, dan menghargai keputusan bersama
  9. Memahami dan menghargai makna nilai-nilai kejuangan bangsa
  10. Memahami hubungan Indonesia dengan negara tetangga dan politik luar negeri


Untuk mencapai standar kompetensi tersebut di atas, silakan buat buku, susun metode pembelajaran, dan berbagai aktivitas yang asik-asik dan menyentuh; tidak terikat pada suatu buku tertentu, tidak terikat pada tempat atau person pengajar... silakan para pesekolahrumah menjabarkannya. Jadi tidak usah beralasan bukunya tebal, atau kalimatnya membosankan, atau pertanyaan sulit dimengerti.

Sambil goreng kue pastel juga bisa diajarkan PKn. "Hidup rukun dalam perbedaan" adalah seperti kue pastel yang enak; perlu ada isi, kulit, minyak goreng, kompor dengan panas cukup, wajan yang bersih, dll. bla bla bla... jadilah pastel. Masing-masing komponen berbeda tapi menghasilkan sesuatu yang enak dan rukun tanpa protes ketika dikunyah serta mengenyangkan si anak.

BAGAIMANA DENGAN KEWIRAUSAHAAN

Hakekat kewirausahaan bukan hanya untuk menjadi kaya dan menciptakan lapangan kerja; tapi memunculkan nilai tambah yang secara akumulatif memakmurkan bangsa ini. Tentu ini sangat penting, sehingga menjadi trend sekolah-sekolah sampai perguruan tinggi membuka jurusan sesuai dengan kejelian menangkap kebutuhan pasar tenaga kerja. Bahkan sekolah dan perguruan tinggi itu sendiri juga sudah menjadi bagian dari wirausaha.

Semangat berwirausaha dalam konteks mencari untung dan buka lapangan kerja bahkan telah merasuki sistem pemerintahan dan perwakilan rakyat. Partai menjamur dengan semangat wirausaha, pilkada dan pemilu adalah ajang investasi, membuka lapangan kerja. Investasi sampai menjadi pemimpin daerah atau wakil rakyat, kelak akan dituai berlipat ganda; tidak peduli kekayaan yang didapat untuk partai atau perorangan, dengan cara menindas dan menyengsarakan bangsanya (ini sih kurang belajar PKn).

Banyak konglomerat Indonesia tidak memiliki pendidikan formal yang memadai, tidak punya ijasah pengakuan negara (kecuali yang didapat setelah kaya, bahkan sampai gelar Doktor yang tidak jelas riwayatnya dari mana). Pertanyaan: apakah mereka tidak menganggap pendidikan penting? Apakah mereka tidak menyekolahkan anaknya sampai tinggi tinggi banget? Yang mana tentu berarti mempelajari PKn.

Anak Sekolah Rumah mengikuti Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan Program Paket ABC

PILIHAN MASING-MASING KELUARGA PESEKOLAHRUMAH

Ada orang yang kaya dari berwirausaha walau tanpa pendidikan/sekolah memadai; adaorang berpendidikan tinggi tapi menganggur dan tidak produktif. Tapi ingat....sangat-sangat jauuh lebih banyak  orang tidak berpendidikan yang menganggur dan beraktifitas kontra produktif.  Salah satu bagian penting dalam pendidikan nasional adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Tidak memahami PKn, tidak akan bisa lulus SD sampai perguruan tinggi, tidak akan memperoleh pengakuan dari negara.

Apakah pengakuan dari negara penting? Sangat penting! Silakan mengacu pada segelintir orang yang sukses tanpa ijasah, atau pada banyak orang tidak berpendidikan dan tidak berijasah yang menjadi beban negara dan penyakit masyarakat; itu pilihan masing-masing.

Salam Pendidikan.

TUHAN memberkati negriku, tanah airku tercinta: Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun