Ketiga, ekspektasi konstituen. Sikap gesture Jokowi itu juga menjadi sinyal bahwa manuver dua kaki dilakukan untuk menjawab harapan para pendukungnya yang lebih berpihak pada Prabowo. Indikasi itu bisa dilihat dari kehadiran relawan pendukung Gibran dan Jokowi se-Jawa Tengah dan se-Jawa Timur yang menyatakan deklarasi dukungan kepada Prabowo Subianto di acara tersebut.Â
Ketiga faktor itu, bisa dilihat sebagai upaya Jokowi menyesuaikan retorika dan tindakannya tetap sesuai dengan apa yang dianggap baik atau populer di mata publik, khususnya pendukung setianya. Terlebih sebagai figur yang selalu mengedepankan pencitraan positif, hal ini bisa menjadi salah satu pilihan ideal. Â
Namun begitu manuver politik dua kaki ini dalam beberapa kasus di Indonesia biasa dilakukan politisi maupun partai politiknya sebagai suatu strategi pragmatis untuk mencapai tujuan politik mereka. Kompromi atau sikap ketidak-konsistenan pada prinsip politik dinilai efektif dalam mempengaruhi keputusan-keputusan politik mereka.Â
Sayangnya, sikap pragmatis ini bisa menimbulkan ketegangan dan ketidakpercayaan publik terhadap pelaku politik dua kaki, bahkan proses politik secara keseluruhan. Integritas politiknya malah bisa dipertanyakan. Itulah mengapa kita memahami mengapa dalam kasus Gibran-Prabowo, pihak DPP PDIP merasa perlu memberi arahan pada kader sekelas Gibran yang bagaimanapun notabene representasi dari Jokowi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H