Setiap tahun silpa mencapai 300 -- 400 milyar. Sayangnya, tidak ada kesempatan untuk respon baik. Karena dalam praktek, tidak semudah itu mengalihkan penggunaan silpa. Harus dilihat dulu, sumber dananya. Misalnya, apakah silpa berupa DAK (dana alokasi khusus).
Target numerik
Giliran debat calon wabub, Agung Trijaya (paslon 01), mantan Sekretaris Daerah, mempertanyakan target numerik program satu keluarga satu sarjana. Diberi respon H. Sahid (paslon) legislator DPRD, bahwa targetnya pemberian bea siswa 1.000 (seribu) mahasiswa setiap tahun.
Kedua paslon sesungguhnya sudah familier ihwal pemerintahan daerah, khususnya perencanaan dan penganggran. Mengingat ketiga calon berpengalaman sebagai legislator, dan satu calon pernah menduduki jabatan sekda.
Yang membuat debat agak tersendat, mungkin alokasi waktunya. Waktu baca pertanyaan 1 menit, menjawab 2 menit dan respon balik 1 menit. Mungkin juga, karena format pertanyaan yang terlalu panjang mendiskripsikan isyu/permasalah, sehingga waktu habis, sebelum sampai kalimat tanya.
Juga tidak kelihatan peran panelis, untuk mengarahkan debat ke fokusnya. Sebagai vanelis Titi Angraeni dari Peludem, dari Fisip UGM, dan dari Undip Fakultas Susastra. Bandingkan dengan debat antara Donald Trump dengan Kamala Harris, panelisnya dua, dan tanpa tim pembuat pertanyaan.
Dan, seterusnya akar masalah dicari demi sempurnanya debat di masa depan. Bukan mencari kambing hitam, yang hanya akan ketemu sate atau gulai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H