Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berderma Kata

20 April 2020   11:45 Diperbarui: 20 April 2020   11:57 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komen Meta (Dokpri)

Apa yang terjadi di social media, sedikit banyak juga mempengaruhi perilaku netizen. Semua orang di social media jadi ofensif. Setiap melihat postingan yang tidak berkenan langsung dihajar. 

Kalo kebetulan yang posting adalah public figure langsung dikeroyok beramai-ramai sampai menjadi viral. Dan peristiwa ini langsung ditangkap oleh media online abal-abal sampai media mainstream dan dijadikan berita. 

Makanya saya sering merasa beruntung karena saya bukan orang terkenal. Di era digital ini, beruntunglah kita yang bukan public figure, bukan artis, bukan pejabat dan bukan pula orang beken. Hidup kita seharusnya lebih tenang karena buzzer males ngebully orang yang gak terkenal.

Masyarakat digital banyak yang stress. Mereka depresi karena setiap hari diberondong dengan postingan negatif berupa penghakiman, hoax dan fitnah. Kita jadi sensitif dan mudah marah membaca tulisan-tulisan fitnah tersebut. 

Saking sensitifnya, kita jadi cepet tersinggung pada hal-hal sepele. Seperti yang diceritakan oleh Vito, ada orang yang begitu murka hanya gara-gara postingannya di group WA tidak direspon sama sekali oleh siapapun.

Iklim di social media memang sudah tidak sehat. Postingan bermuatan enerji negatif terus menerus merongrong kedamaian hati. Kita menjadi haus akan kata-kata positif. Kita rindu pada konten-konten yang bermanfaat. Kita sangat dahaga pada pujian atas konten-konten yang kita posting. 

Pujian tersebut pastinya akan memproduksi hormon endorphin di dalam tubuh. Setiap kali hormon endorphin terbentuk maka semakin berbahagialah perasaan kita.

Gara-gara pemahaman ini, sekarang saya lebih memperhatikan dan mengamati semua group WA yang saya ikuti. Saya berusaha mencari, adakah orang yang selalu rajin berderma kata seperti yang dilakukan oleh Vito. Dan alhamdulillahnya ternyata ada.

Di group WA The Writers, ada seorang member yang namanya Meta Tangkudung. Seperti Vito, dia rajin merespon semua postingan yang datang ke group. Bahkan di website The Writers, Meta ini selalu rajin ngasih komen di setiap artikel yang ada di sana. Messagenya selalu positif. Pastinya komentar Meta sangat berarti buat Si Penulis Artikel.

Tapi kalo cuma Vito dan Meta yang berderma kata, rasanya terlalu sedikit. Gaungnya pasti kurang kenceng. So, guys, bagaimana kalo ' berderma kata' ini kita jadikan movement? Sudah terlalu banyak postingan berenerji negatif yang mengelilingi kita di social media. Rasanya kita perlu memposting konten-konten positif untuk mengimbanginya. Yuk, ah....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun