"Waduh!"
"Bahkan di beberapa group lain dia sampe left karena gak tahan merasa dicuekin kayak gitu."
"Oh, okay! Jadi gara-gara curhatan orang itu, lo selalu merespon setiap postingan orang lain?" tanya saya menegaskan.
"Tepat sekali! Lo harus tau, Om Bud. Bukan cuma temen gue doang tapi banyak orang yang sensitif kayak gitu. Makanya sejak itu gue selalu berderma kata. Apa ruginya, sih, ngebikin orang senang? Iya, kan?" kata Vito.
"Iya, gue setuju! Hebat lo, To. Kagum gue sama lo." kata saya setulusnya.
"Halah! Cuma berderma kata doang, apa yang harus dibikin kagum? Semua orang juga bisa melakukannya." kata Vito lagi.
Hebat banget, ya, temen saya ini. Dia bilang semua orang juga bisa melakukannya. Iya bener, sih! Tapi pertanyaannya, ada gak orang yang mau melakukannya? Kalo ada, berapa banyak? Kalo saya perhatiin di seluruh group WA yang saya ikuti, jarang banget orang mau berderma kata kayak Vito.
Dulu saya hanya bisa kagum pada orang yang mampu berderma harta dalam jumlah besar. Misalnya sahabat Rasullulah, Abu Bakar, yang mendermakan seluruh hartanya. Atau temen saya yang mewakafkan 1 hektar tanahnya untuk dibangun jadi pesantren di kampung halamannya. Tapi berderma kata? Gile! cara berderma yang murah banget, tuh. Berderma tanpa mengeluarkan uang dan tenaga.
Omongannya Vito membuat saya mencoba menelaah lebih dalam. Saya terus berpikir, kenapa saya bisa kagum sama orang yang berderma kata? Setelah merenung beberapa lama, saya mulai mendapatkan jawabannya.
Manusia jaman sekarang lebih banyak menghabiskan hidupnya di dunia digital. Dan di social media yang mendominasi adalah kata-kata. Kata-kata seperti apa? Di era digital ini yang paling banyak berseliweran adalah kata-kata negatif. Kita tau sejak pemilu kemaren, bangsa kita sudah terpecah-belah. Setiap hari pasukan buzzer terus berperang di social media.Â
Senjata yang mereka gunakan adalah kata-kata negatif. Kenapa? Karena hasilnya jauh lebih efektif daripada kata-kata positif. Itu sebabnya hoax dan fitnah bertebaran di mana-mana. Tujuannya cuma satu: untuk memecah belah bangsa. Menciptakan kekacauan yang ujungnya mengambil alih kekuasaan.