Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Daripada Bermusuhan Lebih Baik Kita Tidak Berteman

7 Oktober 2019   03:11 Diperbarui: 7 Oktober 2019   03:28 3183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Template dari Dhimas Jusuf

"Berbulu domba gimana?" tanya saya kebingungan.

"Selama ini Jokowi cuma pencitraan doang, Bud. Dia berlagak sederhana, berlagak mencintai rakyat, berlagak membangun infrastruktur untuk kesejahteraan rakyat."

"Membangun infrastruktur kok bisa belagak?" Makin puyeng nih kepala gue.

"Sebetulnya dia pengen ngejual negeri ini ke China, Bud. Semua proyek yang dia bangun semua dikasih ke kontraktor China. Dari perusahaan sampe tenaga buruhnya didatangkan dari China. Emang lo gak tau udah jutaan buruh China menyerbu negeri kita? Padahal rakyat butuh lapangan kerja."

"Heh? Lo jangan fitnah, Mad. Gue juga denger semua berita itu tapi semuanya datang dari media abal-abal. Dan berita itu semuanya hoax!" kata saya agak keras.

"Hoax gimana? Semua ada datanya. Dan lo tau gak kenapa Jokowi mau ngejual negeri ini ke China?"

"Kenapa?"

"Karena dia keturunan PKI. Lo tau kan China itu negara komunis." Akhmad bicara sambil berteriak keras sehingga tamu-tamu lain menengok ke arah meja kami.

"Ngaco, lo!!!" kata saya.

"Lo yang ngaco!" bentak Akhmad dengan suara garang! "Gue bersyukur banget akhirnya bisa mengetahui belangnya Jokowi. Dia itu antek Aseng! Bahkan untuk ngejual negeri ini pun dia tega-teganya sampa memusuhi Islam. Sadar, Bud. Sadaaaar!!!"

Suasana mendadak jadi panas. Kami berdebat dengan hebatnya tapi Akhmad justru emosinya semakin tinggi. Saya heran bukan main. Selama ini Akhmad selalu bersikap lemah lembut pada saya. Dia adalah orang yang sangat sabar. Biasanya dia mau ngedengerin pendapat orang lain. Tapi kali ini dia bersikap sangat garang sepertinya siap mengajak berkelahi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun