Perjalanan Jokowi membangun bangsa untuk bisa bersaing dengan Amerika, China, Jepang, Korea dan lainnya memang belum tercapai. Dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai kesuksesan itu. Gangguan yang diterima Jokowi datang dari negara-negara lain.
Mereka tentu tidak ingin Indonesia menjadi maju pesat yang akhirnya akan berakibat mengalahkan kedigjayaan mereka bahkan membuat penghasilan mereka berkurang karena tidak bisa lagi menyedot sumber daya alam seperti yang biasa mereka lakukan selama ini bersama dengan politisi-politisi lokal yang rakus.
Gangguan dari dalam? Waduh! Lebih parah lagi. Banyak sekali yang hendak menjatuhkan Jokowi dalam pilpres ini. Semua daya upaya dilakukan untuk menendang Tukang Kayu ini dari kursinya. Para ulama, konglomerat jaman orde baru dan barisan jenderal purnawirawan berkonspirasi untuk menjungkalkan presiden "planga plongo" ini.
Mereka terpaksa berkompromi karena alasan mereka untuk menjatuhkan Jokowi berbeda-beda. Ada yang sekedar ingin merebut kekuasaan, ada yang hendak mengganti dasar negara berlandaskan agama dan ada juga yang cuma ingin menjaga kran rejekinya kembali seperti semua karena selama ini kebijakan Sang Presiden mengurangi pemasukan koceknya.
Serangan datang dari segala penjuru, ada yang tak terlihat namun ada juga yang frontal seperti serangan Fadli Zon dan kelompoknya yang datang terus menerus baik itu di social media maupun di media tradisional.
Meskipun situasi jelang pilpres semakin memanas, saya sama sekali tidak merasa gundah. Seperti yang saya katakan di atas, Jokowi adalah orang hebat. Membangun negeri tanpa musuh, siapa pun pasti bisa. Orang yang hebat itu harus teruji. Itu sebabnya seorang jagoan harus banyak musuhnya.
Seperti tokoh jagoan dalam film, selalu ada musuh untuk membuktikan kehebatannya. Mana pernah kita melihat film dengan jagoan tanpa musuh? Di saat yang tepat nanti, kita akan melihat bagaimana dia mengalahkan serangan semua musuh tadi dengan strateginya yang tidak terduga.Â
Tapi sehebat-hebatnya Jokowi, dia tetap adalah manusia biasa. Dan dia adalah tokoh nyata, bukan jagoan dalam film. Rasanya tidak mungkin dia membangun negeri ini sendirian. Program yang selalu didengang-dengungkannya setiap hari, " Kerja. Kerja. Kerja" adalah ajakan buat kita semua untuk bekerja bersama-sama. Membangun negeri adalah kerja kolektif yang pada akhirnya semua orang pula yang akan menikmatinya.
Buat saya, Jokowi bukan cuma orang hebat tapi dia juga orang baik. Seorang individu yang telah selesai dengan dirinya sendiri. Sisa hidupnya dia wakafkan untuk negeri ini. Sekarang dia sedang berusaha membangun Indonesia, tentu saja kita berhak memilih apakah kita akan membantunya mendiamkannya atau hendak mengganggunya.
Saya pribadi cuma berharap yang terbaik bagi negeri ini. Tidak semua orang terlahir sebagai orang hebat. Tidak semua orang terlahir sebagai pahlawan. Terus terang saya mempunyai harapan besar pada Jokowi. Buat saya, Jokowi adalah hadiah terindah dari Tuhan. Semoga kita tidak mensia-siakannya. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H