Bagaimana kita mendefinisikan seseorang itu hebat atau tidak? Saya berpendapat: Orang hebat itu adalah orang yang mampu melakukan sesuatu yang orang lain gak bisa melakukannya. Itu sebabnya orang hebat sangat sedikit.
Kalo banyak berarti dia gak hebat, bukan? Karena orang hebat itu sedikit, kita jarang sekali menjumpainya. Kadang dibutuhkan beberapa dekade untuk menemukan orang semacam itu.
Alhamdulillah, Tuhan itu sayang sama kita. Dia sayang sama Indonesia. Tiba-tiba negeri kita dihadiahkan seorang yang sangat hebat. Namanya Jokowi. Sayangnya, Tuhan itu memang maha humor dan maha penguji. Dibuatnya kita ragu dengan kehebatan orang ini.
Bagaimana kita bisa percaya? Wajahnya ndeso dan tidak tampan. Badannya kurus cungkring, bicaranya juga kurang lancar bahkan cara tertawanya pun sering terlihat minder seperti wong ndeso yang baru pertama kali melihat eskalator.
Tapi namanya juga orang pilihan Tuhan pastinya hebat. Dia ternyata seorang fast learner. Dengan cepat dia mampu mengubah diri tanpa meninggalkan karakter dasarnya. Dia tetap sederhana, baik itu cara bicara dan cara berpakaiannya. Bedanya ucapannya sekarang jauh lebih tegas dan mengandung magis.
Kita seperti tersihir mendengar setiap ucapannya. Walaupun tetap sederhana, pakaiannya terasa jauh lebih funky dan modis. Apapun yang dikenakannya hari ini sekonyong-konyong menjadi trend di seluruh negeri.
Setiap kali saya mengamati orang ini, kekaguman saya semakin bertambah. Coba bayangkan. Dia bukan ketua partai dan bukan pula pemimpin ormas besar tapi toh mampu menjadi presiden sebuah negara besar. Dia juga mempunyai prinsip yang tegas sehingga Sang Presiden tidak  mengizinkan keluarganya menggunakan fasilitas negara.
Dibiarkannya anak-anaknya berusaha sendiri. Ada yang jadi tukang martabak, ada yang jadi tukang pisang. Bahkan ketika anak perempuannya tidak lulus ujian penerimaan PNS, dia enggan mengeluarkan katebelece untuk membantu. Padahal itu sangat mudah dilakukan dan nyaris tanpa risiko.
Yang paling saya suka dari Jokowi, dia sangat fokus berkompetisi dengan negara lain untuk memajukan negeri ini. Kalau negara Korea dan China bisa menggebrak dunia, bisa jadi kini giliran Indonesia, begitu kata beliau dalam salah satu pidatonya. Â Itu sebabnya dia sibuk mengurusi industri kreatif, membangun infrastruktur dan membangun perekonomian nasional.
Satu hal lagi yang saya kagumi adalah kepiawaian otaknya. Presiden kita ini sangat cerdas dengan ide-ide yang out of the box. Banyak orang tidak mengerti jalan pikirannya, kenapa dia memilih Ma'ruf Amin sebagai cawapresnya. Bukankah kyai ini yang menyebabkan Ahok masuk penjara?
Ngapain dia membesuk Arifin Ilham yang merupakan lawan politiknya. Untuk apa dia mengundang Ricis yang terkenal dengan konten-konten "receh"nya? Apa alasan presiden utuk mengajak Agnez Mo ke istana? Percayalah, presiden kita mempunyai alasan yang sangat strategis.
Perjalanan Jokowi membangun bangsa untuk bisa bersaing dengan Amerika, China, Jepang, Korea dan lainnya memang belum tercapai. Dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai kesuksesan itu. Gangguan yang diterima Jokowi datang dari negara-negara lain.
Mereka tentu tidak ingin Indonesia menjadi maju pesat yang akhirnya akan berakibat mengalahkan kedigjayaan mereka bahkan membuat penghasilan mereka berkurang karena tidak bisa lagi menyedot sumber daya alam seperti yang biasa mereka lakukan selama ini bersama dengan politisi-politisi lokal yang rakus.
Gangguan dari dalam? Waduh! Lebih parah lagi. Banyak sekali yang hendak menjatuhkan Jokowi dalam pilpres ini. Semua daya upaya dilakukan untuk menendang Tukang Kayu ini dari kursinya. Para ulama, konglomerat jaman orde baru dan barisan jenderal purnawirawan berkonspirasi untuk menjungkalkan presiden "planga plongo" ini.
Mereka terpaksa berkompromi karena alasan mereka untuk menjatuhkan Jokowi berbeda-beda. Ada yang sekedar ingin merebut kekuasaan, ada yang hendak mengganti dasar negara berlandaskan agama dan ada juga yang cuma ingin menjaga kran rejekinya kembali seperti semua karena selama ini kebijakan Sang Presiden mengurangi pemasukan koceknya.
Serangan datang dari segala penjuru, ada yang tak terlihat namun ada juga yang frontal seperti serangan Fadli Zon dan kelompoknya yang datang terus menerus baik itu di social media maupun di media tradisional.
Meskipun situasi jelang pilpres semakin memanas, saya sama sekali tidak merasa gundah. Seperti yang saya katakan di atas, Jokowi adalah orang hebat. Membangun negeri tanpa musuh, siapa pun pasti bisa. Orang yang hebat itu harus teruji. Itu sebabnya seorang jagoan harus banyak musuhnya.
Seperti tokoh jagoan dalam film, selalu ada musuh untuk membuktikan kehebatannya. Mana pernah kita melihat film dengan jagoan tanpa musuh? Di saat yang tepat nanti, kita akan melihat bagaimana dia mengalahkan serangan semua musuh tadi dengan strateginya yang tidak terduga.Â
Tapi sehebat-hebatnya Jokowi, dia tetap adalah manusia biasa. Dan dia adalah tokoh nyata, bukan jagoan dalam film. Rasanya tidak mungkin dia membangun negeri ini sendirian. Program yang selalu didengang-dengungkannya setiap hari, " Kerja. Kerja. Kerja" adalah ajakan buat kita semua untuk bekerja bersama-sama. Membangun negeri adalah kerja kolektif yang pada akhirnya semua orang pula yang akan menikmatinya.
Buat saya, Jokowi bukan cuma orang hebat tapi dia juga orang baik. Seorang individu yang telah selesai dengan dirinya sendiri. Sisa hidupnya dia wakafkan untuk negeri ini. Sekarang dia sedang berusaha membangun Indonesia, tentu saja kita berhak memilih apakah kita akan membantunya mendiamkannya atau hendak mengganggunya.
Saya pribadi cuma berharap yang terbaik bagi negeri ini. Tidak semua orang terlahir sebagai orang hebat. Tidak semua orang terlahir sebagai pahlawan. Terus terang saya mempunyai harapan besar pada Jokowi. Buat saya, Jokowi adalah hadiah terindah dari Tuhan. Semoga kita tidak mensia-siakannya. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H